Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tiba-tiba Matahari Padam

31 Januari 2019   12:28 Diperbarui: 31 Januari 2019   12:30 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by : pixabay.com

sesuatu yang aneh hinggap dikepalaku. cairan kental menimbun rambut, menjamah wajahku. tak menyentuh mata pun menutup telinga, tapi menumpuk dimulutku. bukan merah darah, warnanya biru.

diamlah! aku hanya singgah!

itu, bisikan maut! tak senada dengan kata- kata kusut bermakna carut. tetiba mataku menyaksikan bocah kecil bermain di selokan, memegang erat kresek hitam serta saringan teh di tangan kiri dan kanan. berusaha menjaring ikan dan menangis, kalah oleh sergapan burung pelikan.

kau lihat?

bisikan itu tak lagi maut. tapi aku terkejut! telingaku menangkap gelombang cacian juga makian. lelaki tanpa pakaian sibuk meringkus sosok perempuan tanpa pakaian, yang tergolek pingsan di lantai bergambar pahlawan.

kau ingat?

airmata bergulir pelan dari sudut mataku. menelusuri cairan kental berwarna biru, membilas mulutku. tak sabar, kuingin berujar tanya. tapi lidahku terbata.

aku terluka, tapi diciptakan tak miliki hati. aku tak ingin seperti kau, manusia. memiliki tapi seperti tak punya hati!

tetiba matahari padam. tapi bukan malam

Curup,  31.01.2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun