Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Panggil Aku Kades, Bik!

30 Januari 2019   10:53 Diperbarui: 30 Januari 2019   11:10 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto by: pixabay.com

Aku bergerak menuju kamar mandi di belakang rumah. Beberapa orang bergantian menimba air sumur. Amran,  sudah ada diantara mereka. aku tersenyum dan anggukkan kepala kepada Amran. Dan bergegas kembali keluar rumah. Tapi langkahku tertahan. Di pintu kamar.

"Masih kurang, Bik!"
"Cuma itu yang... "
"Beras masih kurang duapuluh kilo. Ayam,  sudah cukup. Tapi kan harus beli minyak goreng? Cabe?"
"Seadanya saja, Rah!"
"Tapi Bapak pernah jadi Kades, Bik! Nanti, malah jadi bahan omongan orang-orang!"
"Biarlah!"

Aku mendengar jawaban pasrah kudengar dari Bik Rat. Kamar itu tetiba sunyi. Jamak tradisi di Desa Lubuk Kembang. Peristiwa kematian seperti peristiwa pernikahan. Mesti ada jamuan untuk pelayat, saat berdo'a takziah hingga diakhiri memotong seekor kambing. Pada ritual doa hari ketujuh.

Aku masih diam di pintu kamar. Rasa ingin tahu, menahan langkah kakiku. Saat kudengar kalimat Bik Rat.

"Yang di Baskom? Sudah..."
"Sudah dua kali di ambil. Untuk beli gula,  kopi dan beras!"
"Ya, sudah! Bapak dan Bibik juga gak punya apa-apa lagi!"

Aku tersentak, satu suara memanggil namaku. Ternyata Pak Camat, turut hadir melayat. Segera kutemui dan bertukar salam.  Aku tersenyum. Pak Camat tidak.

"Terima kasih, sudah hadir melayat, Pak Camat!"
"Kau sudah baca pesanku?"
"Sudah, Pak!"
"Cari nota kwitansinya! Atau kau pun kuajak ke penjara!"

Percakapan lirih aku dan Pak Camat. Dengan nada yang tegas namun pelan menyapu liang telingaku.

Tergopoh, Bik Rat keluar dari kamar segera menemui dan menyalami Pak Camat. Pak Camat memberikan senyum tulus.

"Almarhum, orang baik! Pasti masuk surga. Jasanya terhadap desa ini luar biasa!"
"Amiiin.."
"Kalau ada kesulitan. Langsung saja bilang pada Kades. Biar nanti disampaikan pada saya."
"Terima kasih, Pak Camat. Aku tak melihat. Tapi aku tahu,  Pak Kades sudah banyak membantuku!"

Bik Rat tersenyum dan anggukkan kepala ke arahku. Aku pun begitu. Tak lama,  Pak Camat segera undur diri. Kuantar hingga halaman rumah. Kembali bertukar salam. Pak Camat membuka kacamata hitamnya. Mata tajam terhujam padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun