Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Nik | "Power of Love" [1]

24 Januari 2019   12:11 Diperbarui: 8 Agustus 2019   09:06 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

sore itu. Februari. Senin ramadhan. Sesudah ashar. Ibu kost. Memanggilku. Aku jadi tahu. Kau menungguku di ujung telfon. Aku dengar suaramu, berucap salam. Akh...! Mungkinkah rindu, sesegera itu...?

"Maaf, nik nelfon. Lagi apa...?"
"Angkat telfon...! Hehehe..."
"Bisa keluar...?"
"Sekarang...?"
"Iya..."
"Aku jemput?"
"Nik, sudah di pos!"
'Eh? Tutup telfon. Aku kesitu...!"
"Makasih. Nik tunggu...!"

Tak kudengar lagi. Salam akhirmu. Aneh! Kemaren baru bertemu. Pagi tadi, tiba suratmu. Sore ini. Kau mengajakku. Pergi. Bersamamu.

Bergegas aku. Keluar rumah. Menuju simpang tiga anduring. Kuhentikan angkot. Warna merah tua. Jurusan kalawi-pasar raya. Kunaiki. Nyaris sepuluh menit. Dan berhenti. Persis di depan kantor pos. Dekat lapangan Imam Bonjol Padang. Aku turun. Dan membayar ongkos. Aku melihatmu. Kau sedang membolak-balik sebuah tabloid mode. Pada mini kios koran. Di sebelah halte bis. Kau menoleh padaku. Senyummu, menjumpaiku. Sesaat. Kemudian lenyap. Aku mendekatimu. Dan kau berjalan. Menuju halte. Aku tahu. Kau mengajakku. Duduk disitu.

"Dah lama?"
"Turun dari bis kota. Nik, langsung nelfon..."
"Mau jalan?"
"Mau. Tapi nanti ...!"
"Jadi...?"
"Duduk dulu disini. Boleh?"
"Yup....!"

Aku. Faham sikapmu. Jika seperti itu. Dirimu. Tak mau ditanya. Tak perlu, aku bicara. Yang kau butuhkan. Aku diam. Menemanimu. Menatapmu. Menunggu reaksimu. Kau membalas tatapanku. Tak lama. Kau pun menunduk. Melihat jemari kaki. Halte sepi.

"Kita pulang ke curup. Hari rabu, ya?"
"Eh! Kemaren bilangnya hari minggu?"
"Nik, mau pulang hari itu!"
"Tapi..."
"Kalo gak mau. Nunik pulang sendiri...!"

Perubahan sikap tiba-tiba. Itulah caramu untukku. Agar aku tahu. Jika kau memikirkan sesuatu. Atau mengalami sesuatu. Tapi tak mampu, kau ujarkan. Aku tersenyum. Kau kembali menatapku. Dalam. Aku tak bisa. Membaca tatapan matamu. Ku anggukkan kepala. Seraya mengusap kepalamu. Biasanya, kau ajukan protes. Jika aku lakukan hal itu. Ditengah keramaian. Tapi sore ini. Kau biarkan. Jemari tangan kananku lakukan itu. Tanganmu meraih tissu. Dari dalam tas kecil milikmu. Aku pun tahu. Gelagat itu.

"Jangan disini, Nik..."

Pelan. Aku berucap padamu. Aku yakin. Kau mengerti maksudku. Kau menunduk lagi. Bahumu bergetar. Berjuang. Menahan bening itu.

Kenapa, Nik...?

#NIK

#GetMarried #PowerofLove

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun