Gdubrak!Â
dua lesatan suara hadir di telinga. arah yang sama, asal nada berbeda. dari pintu dan jejak langkah sepatumu. aku menunggu hadirmu yang tergesa melangkah ke hadapku. dari sudut matamu hadir beningmu.Â
"Sepagi ini harus ada tangismu?"
tak kutanya pun tak lagi bersuara. tetiba kau rengkuh leherku. menyimpan kepalamu di bahuku. isak tangismu mewarnai ruang tamu. dalam diam, kusambut dan kubiarkan kau hempas gundahmu.Â
"Maafkanlah! Waktuku berkurang untukmu!"
kubisikkan kalimat itu di hatiku. kuusap kepalamu, menikmati lembut helai rambutmu. rasa bersalah menguasai benakku. satu minggu berlalu, Â bersisa sedikit waktu untukmu.Â
"Aku pun merindukanmu..."
kembali kusimpan kalimat itu. erat kupeluk tubuhmu. kukira kau pun tahu. tak perlu bicara juga kata-kata saat itu. terasa basah di bahu kananku.
"Nanti terlambat! Sudahi tangismu..."
pelan kutitipkan kata di telingamu. segera kau lepas pelukanmu. dua tanganku mendekap kedua pipimu. tersenyum, kutatap manik matamu. kau berpaling, wajahmu menatap ujung sepatumu.Â
"Sudah?"
airmata itu semakin berderai. gelengan kepala itu penolakanmu. kembali kubelai rambut hitammu. pagi ini, Â biarlah kuhabiskan waktu bersamamu.Â
"Yah..."
sepuluh menit telah berlalu. akhirnya sapaan itu hadir untukku. kau ajukan tangan kirimu ke wajahku.Â
"Jempol kakak terjepit pintu!"
Curup, Â 22.01.2019
Dunia Anak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H