Lagi, aku tak bisa tidur. Bukan hanya memikirkanmu. Juga membayangkan setiap sosok yang menyayangimu. Di layar televisi, wajahmu berbagai versi acapkali hadir. Tak lagi di acara selintas gosip terkini. Â Juga berita terkini atau diskusi yang libatkan para ahli.
"Konsekuensi jadi artis. Butuh investasi biaya besar untuk menjaga penampilan! Disayangkan. Pilihannya dengan cara instant!"
Kudengar kalimat dari televisi meluncur deras. Menikam keras benakku. Akh...! Kubayangkan kalimat itu merajah bathinmu.Â
"Artis kacangan! Andalkan kemolekan tubuh! Makanya, kalau tak... "
Klik! Layar televisi berhasil kujadikan gelap. Aku tak ingin dirimu lebih tersakiti. Kusadari, menurut garis batasku. Pilihanmu keliru lakukan itu. Apapun motifmu. Tapi  itu pilihanmu, kan? Kukira kau tahu resiko dari pilihan itu. hanya saja. aku tak sepakat, jika orang merasa berhak menghujatmu.Â
Kureguk segelas air putih. Merasakan aliran dinginnya lalui kerongkongan. Mungkin momen yang salah. Jika kutonton televisi saat ini. Akan lagi ada tampilan wajahmu, keseharianmu, pergaulanmu. Atau apapun tentangmu.Â
Kuraih handphone. jika kumiliki, akan kusampaikan pesan padamu. Semoga kau baik-baik saja. Tapi tak kumiliki kontakmu.Â
Agar menjauh dari kisahmu. Kubuka satu akun medsosku. Berharap melihat update status teman-temanku. Agar menguap resahku karena berfikir tentangmu. Mataku tertumbuk pada satu kalimat yang hadir di linimasa akunku.Â
"80 JUTA HANYA UNTUK SATU...."
tak lagi minat kulanjutkan membaca. Tak juga kuteruskan berseluncur di linimasa. kuletakkan handphoneku. kututupi bantal. Agar terhapus jejak hujatan tentangmu.Â
Gelasku kosong. Isinya kureguk tuntas. Kuingin bayanganmu seperti itu. Segera lenyap dari fikiranku.Â