Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mitigasi Bencana (Masih) di Gerbang Pendidikan

8 Januari 2019   23:16 Diperbarui: 9 Januari 2019   00:52 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari grup WA. Dikirimkan link satu berita tentang kebencanaan. Berpijak dari Ujaran RI 1, tentang perlunya Pengenalan sejak dini Mitigasi Bencana pada masyarakat. Direspond oleh Mendikbud dan Menristek, perlu segera ada materi mitigasi bencana di semua level lembaga pendidikan. 

Kukira, beberapa tahun lalu. sudah dan pernah dilakukan. Banyak bermunculan papan merek di batas desa bertulis huruf kapital "SELAMAT DATANG DI DESA SIAGA BENCANA" atau di pinggir pagar sekolah ada tulisan sejenis "SEKOLAH SIAGA BENCANA". Apatah itu simbolik atau seremonial. Aku tak sempat bahas itu. Gegara papan merek itu pun, perlahan lenyap. 

Pendidikan Bencana dalam Mitigasi. Menjadi penting. Baik dari potensi bencana alam karena kondisi geografis Indonesia di posisi "Ring of Fire" juga mentalitas dan prilaku sosial masyarakat yang berpotensi memperparah bencana alam ke arah bencana sosial. 

Kuajukan Dua ilustrasi : pertama, jika terjadi kebakaran di suatu pemukiman. Orang-orang dari area lain akan berbondong ke sumber kebakaran. Dan berakhir menjadi penonton serta memenuhi jalanan. Hingga sulit bagi petugas Damkar untuk mencapai lokasi kebakaran. Sampai di lokasi, terkadang petugas perang urat leher dengan penduduk, penonton atau orang berpengaruh untuk menentukan prioritas titik api yang lebih dahulu dipadamkan. Semua merasa berkompeten dan  beradu energi untuk mengatur! Itupun acapkali terkendala sumber air. Karena pipa hydrant tak lagi umum dijumpai. Belum lagi  jika kejadian kebakaran itu pada malam hari. Komunikasi terhambat dan minimnya penerangan jadi kendala tambahan karena PLN lakukan pemadaman secara masif. 

Ilustrasi kedua, jika pernah berada di daerah terdampak bencana.  Akan banyak ditemui Posko-posko yang didirikan secara berkelompok. Tak menyatu ke dalam satu posko desa/kelurahan. Fungsinya untuk menerima bantuan. Terkadang tak ada paparan data instan semisal data korban, data kerusakan atau data kebutuhan. Disatu sisi positif. Ada inisiatif bersama. Disisi lain, bisa jadi menimbulkan konflik baru.

Dua ilustrasi itu, hanya bayangan imajinasiku. Efek Mitigasi melalui pendidikan Bencana menjadi hal penting. Kukira, Duo Menteri bagian pendidikan pun, merespond bahwa Pendidikan Bencana adalah issue krusial! 

Jika aku tak salah baca. Benang merah kedua  Menteri tersebut adalah Pendidikan Bencana terintegrasi ke dalam kurikulum baik mata pelajaran atau mata kuliah. 

Makna integrasi itu, kufahami sebagai sisipan atau menyusup diam-diam dalam materi pelajaran inti. Jika begitu, aku khawatir. Materi Pendidikan Bencana itu pun, pelan-pelan akan hilang sebagaimana papan merek desa dan sekolah. Yang kutulis pada awal tulisan ini 

Semoga tidak begitu! 

#nulisapaajaa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun