Mohon tunggu...
Zaldy Zaldy
Zaldy Zaldy Mohon Tunggu... -

Rakyat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi, Korupsi dan Nasionalisme

10 September 2013   12:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:06 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demokrasi di Indonesia membawa harapan sekaligus ketakutan,harapan dapat terbangun bila elit-elit dinegeri ini memiliki kesadaran untuk memasukan nilai nasionalisme didalam setiap aktivitas politik mereka,namun kekhawatiran dapat menjadi nyata ketika pola yang sekarang,yang bebas nilai ,menghalalkan segala cara, terus dipakai didalam setiap sepak terjang elit-elit penguasa,apakah itu dari partai politik,birokrasi atapun lembaga-lembaga penegak hukum.

Demokrasi di negeri ini berbiaya sangat mahal,bukan saja memeras APBN,tetapi juga tenaga dan pikiran. Namun walaupun mahal,masyarakat masih berlapang dada,bahwa ini adalah prosesyang benar yang pada akhirnya berdampak besar pada kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini.

Walaupun dampak demokrasi masih kecil dan lambat bagi sebahagian besar masyarakat,namun daya tahan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi masih harus disyukuri,walaupun tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik terus menurun,namun tidak ada ada satupun keinginanuntuk memboikot,mensabotase setiap pelaksanaan pesta demokrasi baik pemilu,pilpres maupun pilkada yang hampir setiap minggu terselenggra.

Kita memiliki masa kelam di zaman otoriter,bukan saja terberangusnya kebebasan,pengabaian HAM,tetapi juga perilaku korup yang hampir memasuki semua sendi kekuasaan negara.Dan untuk membongkar masa kelam itu ,perjuangan dan pengorbanan dilakukan.

Adalah hal yang sangat lucu,ketika keinginan melakukan perubahan atas semua yang buruk dizaman otoriter itu haruslah terulang disaat sekarang,ibarat pepatah keledai pun tidak ingin jatuh kedua kalinya ke lobang yang sama. Kalau keledai yang dianggap sebagai hewan paling idiot di jagat bumi,mengapa manusia Indonesia yang berbudaya dan memiliki agama,tidak merasa tertekan,malu,hina melakukan perilaku yang dulu ditentangnya.

Membangun demokrasi memerlukan kesadaran semua orang ,kesadaran itu harus dibungkus dengan semangat nasionalisme;rasa cinta tanah air. Kecintaan pada tanah air lah yang harus ditanamkan pada perilaku elit politik ditanah air.Cinta tanah air itu artinya adalah ketika kita mampu untuk membatasi,mengerem setiap pikiran dan perilaku yang merugikan kepentingan bangsa dan negara. Ukurannya hanya satu apa yang didapat bangsa ini dengan perilaku kita,merugikan atau menguntungkan. Maka, ketika perilaku elit politik di landasi semangat nasionalisme yang tinggi,maka mereka akan takut,khawatir melakukan tindakan yang merugikan bangsa ini. Timbangan kepentingan bangsa selalu lebih berat daripada kepentingan pribadi dan kelompok.

Indonesia tidak akan pernah jaya tanpa demokrasi,namun di era demokrasi pun kita belum tentu dapat mejadi bangsa jaya ketika demokrasi itu hanyalah aktifitas penuh nafsu yang mengabaikan kepentingan bersama yang berarti kepentingan bangsa dan negara.

Tanda-tanda demokrasi di Indonesia bermasalah,mudah terlihat,salah satunya,ketika partai-partai politik yang mengidentikan dirinya berideologi  agama maupun yang nasionalis ,nyata-nyatanya berideologi sama yaitu ideologi duit,duit diatas segala-galanya. Ketika duit menjadi idiologi bersama partai politik di Indonesia,maka jangan heran nasionalisme akan terkubur jauh dari sanubari elit-elit partai politik,karena segala sepak terjang politik bermuara pada satu hal duit,segala aktivitas politik dipemerintahan harus menghasilkan duit bagi diri maupun kelompoknya,walaupun untuk itu harus mengorbankan kepentingan bangsa ini.PKS yang berbasis agama,maupun demokrat yang nasionalis,nyatanya sama saja sepak terjang elitnya didalam mencari keuntungan finasial atas segala kekuasaan yang pangkunya.

Menunjukan rasa nasiolisme kita tidak perlu dengan kata katamaupun tindakan-tindakan yang kita anggap heroik semisal maju ke medan perang, marah-marah ketika bangsanya di hina,melempari team lawan ketika bertanding di negara kita.Banyak jalan mengungkapkan rasa cinta tanah air;bagi masyarakat kecil seperti kita,tidak membuang sampah sembarangan,tidak kebut-kebutan,tidak sembarangan menyebrang,tidak sembarangan merokok,tidak sembarangan berjualan adalah ungkapan rasa cinta tanah air. Bagi orang-orang besar,semisal elit partai politik,petinggi birokrasi maupun aparat penegak hukum,tindakan untuk tidak melakukan korupsi adalah pengungakapan yang paling dalam dari rasa cinta tanah air mereka kepada bangsanya,karena mereka paham bahwa korupsi sangat-sangat merugikan kepentingan negara. Merugikan kepentingan negara adalah tindakan yang tidak nasionalis

Memahami nasionalisme dalam arti yang sederhana,sangat dibutuhkan oleh para elit di Indonesia,pemahaman yang pas,akan mudah membuat mereka mengukur langkahnya,kalau saya melakukan ini,berarti saya merugikan negara saya,kalau saya merugikan negara saya berarti saya tidak nasionalis,tidak cinta air. Mau dicap tidak nasionalis?. Mungkin sangat perlu untuk menambahkan dibaju tahanan KPK,kata-kata seperti “Saya tidak nasionalis”atau “saya korupsi,saya tidak nasionalis”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun