Mohon tunggu...
Zaldi Euli
Zaldi Euli Mohon Tunggu... -

warga negara yang gemar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Lawatan Politis DiCaprio

2 April 2016   04:51 Diperbarui: 2 April 2016   05:35 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Salah satu penampakan hutan industri bahan baku produksi dengan konsep berkelanjutan, bukan menebang hutan alam yang dilindungi (sumber: mongabay)"]

[/caption]

Indonesia memiliki keunggulan komparatif karena faktor iklim. Berkat letaknya di khatulistiwa, bahan baku produksi kertas yang berupa pohon kayu akasia di Indonesia membutuhkan masa panen hanya 5 sampai 7 tahun dan berkualitas bagus. Di Eropa dan Amerika Latin, pohon akasia baru dapat dipanen 30 tahun.

Melihat fakta-fakta di atas, rasanya bukan sebuah hal aneh jika kekuatan ekonomi global (baca: Barat) merasa terusik dengan menggeliatnya perekonomian negara berkembang seperti Indonesia. Jika bersaing secara bahan baku, mengingat kondisi iklim negara Barat, akan mustahil. Jadilah mereka melakukan cara lain, salah satunya dengan mendiskreditkan perusahaan nasional dengan mengusung isu lingkungan.

Padahal faktanya, pada 2015 lalu negara asal DiCaprio, Amerika Serikat, adalah salah satu penyumbang emisi karbon terbesar sejagad, tepatnya di ranking kedua setelah RRC. Indonesia bahkan tidak sampai masuk 10 besarnya. Mengapa DiCaprio harus jauh-jauh menempuh setengah bulatan bumi dan menudingkan telunjuknya ke kita?

Itu bukan satu-satunya ironi. Dalam email yang dibocorkan Wikileaks, terungkap bahwa DiCaprio menggunakan jet pribadinya selama 6 kali dalam 6 minggu untuk bolak-balik dari New York ke Los Angeles.

[caption caption="DiCaprio sebagai pesohor internasional kelas wahid, kerap bepergian dengan jet pribadinya (sumber: dailymail.co.uk)"]

[/caption]

Ini jelas menjadi polemik dan kontradiktif, karena dalam berbagai kesempatan, salah satunya pidato kemenangan sebagai peraih Aktor Utama Terbaik di ajang Academy Award (Oscar) 2016 lalu, DiCaprio menggembar-gemborkan kampanye perubahan iklim (climate change). Sebagaimana kita ketahui, salah satu inti kampanye adalah mengurangi emisi karbon di atmosfer. Nah, adakah yang dapat menghitung emisi karbon dari jet pribadi DiCaprio selama 6 minggu tersebut? Atau jangan-jangan, akting mumpuni DiCaprio di layar lebar berlanjut ke dunia nyata dengan berpura-pura menjadi pendekar lingkungan?

Atas standar gandanya ini salah satu artikel di media terkemuka Amerika menyebut DiCaprio disebut sebagai seorang hipokrit.

Selain itu, ada kejanggalan lain. Jika memang fokus perhatian DiCaprio adalah Taman Nasional Gunung Leuser, kenapa ia tidak menyebut peristiwa kebakaran di kawasan tersebut pada beberapa tahun silam? Rasanya DiCaprio lagi-lagi kurang wawasan. Ia sepertinya tidak tahu bahwa sebuah perusahaan sawit telah terbukti secara hukum bersalah karena membakar sekitar seribu hektar hutan yang berada dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) pada pertengahan 2012 lalu.

Tercatat, perusahaan dan direksinya divonis bersalah dan harus membayar denda Rp366 miliar oleh PN Meulaboh, Aceh.

Jadi, tudingan DiCaprio sebelumnya jelas salah alamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun