Mohon tunggu...
Zaldi Euli
Zaldi Euli Mohon Tunggu... -

warga negara yang gemar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Teknologi Mutakhir OKI Pulp & Paper Mills: Solusi Keberlangsungan Industri dan Lingkungan

1 Maret 2016   16:20 Diperbarui: 1 Maret 2016   16:28 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Gasifikasi Kulit Kayu, sebuah teknologi mutakhir ramah lingkungan, residunya bahkan dapat dijadikan pupuk (Sumber: volund.dk)"][/caption]Kehidupan manusia sejatinya selalu membutuhkan energi. Dari zaman purba hingga zaman modern, manusia menggunakan bahan dari alam untuk menghasilkan energi dan memanfaatkannya untuk keperluan hidupnya. Dari membakar rerumputan kering, dahan kering hingga batang kayu besar. Mulai dari memasak makanan sehingga tidak lagi mentah, menghangatkan air, mengolah biji-bijian sehingga bisa dimakan, menghangatkan tubuh, mengusir binatang buas, mengeringkan pakaian, keperluan medis dan sebagainya.

Energi yang dihasilkan itu tentunya menghasilkan zat sisa hasil produksi atau polutan. Bukan hanya aktivitas manusia saja, aktivitas alam pun turut menyumbang polutan di bumi ini, letusan gunung berapi misalnya. Saking kuatnya letusannya, peradaban bisa hancur, dan iklim dunia bisa berubah. Letusan Gunung Toba dan Gunung Samalas jutaan tahun lalu memicu terjadinya zaman es di seluruh dunia. Letusan gunung Tambora dan Krakatau membuat iklim dunia berubah di zaman modern. Pada intinya adalah bumi tidak pernah betul-betul bersih, karena aktivitas yang memerlukan energi baik oleh alam maupun manusia pasti menghasilkan zat buang atau polutan.

Lalu bagaimana di abad 21 ini? Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang pesat sejak ratusan tahun lalu dan merevolusi kehidupan manusia. Revolusi Industri yang dimulai pada akhir abad 18 menjadi motor yang mengubah jalannya peradaban manusia pada masa ini. Dengan menggunakan tenaga uap dan dijalankan dengan mesin, industri mulai berkibar.

Mulai dari batubara, minyak bumi, gas, dan sekarang nuklir, manusia selalu berinovasi menggunakan kombinasi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk meningkatkan kualitas peradabannya. Berbagai macam sumber daya alam dalam pemanfaatan energi digunakan untuk menunjang kehidupan manusia, namun sisi gelapnya, polutan yang merupakan zat sisa hasil industri pun tetap ada dan jumlahnya semakin meningkat sehingga mengancam kehidupan manusia.

[caption caption="Sebuah laporan yang menunjukkan bahwa suhu global pada 2015 adalah yang tertinggi sepanjang sejarah (thinkprogress.org)"]

[/caption]Tahun 2015 ditetapkan sebagai tahun terpanas di bumi, ini akibat peningkatan emisi gas rumah kaca yang jumlahnya terus meningkat seiring dengan pesatnya industri yang ada. Jika bumi semakin panas, es di kutub akan mencair. Akibatnya, permukaan air laut akan meningkat, banyak pulau-pulau kecil akan hilang, dan banyak dataran rendah (yang notabene merupakan tempat mayoritas manusia tinggal) akan tenggelam.

Ini sebuah bencana bom waktu yang mengancam kehidupan manusia, di mana satu sisi luas wilayah menyusut, sementara penyediaan pangan dan tempat tinggal yang berkurang. Kondisi ini terus diperparah jumlah populasi manusia yang telah mencapai 7 milyar jiwa lebih, dan terus bertambah. Belum lagi korban jiwa dari pihak manusia, dan hilangnya keanekaragaman hayati akibat bencana ini.

Namun faktanya adalah bahwa industri juga merupakan penggerak dunia. Adalah hal yang mustahil untuk menghilangkannya begitu saja. Untungnya, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mulai menemukan solusi untuk situasi penuh dilema ini. Dalam dunia industri mulai dikenal teknologi baru yang ramah lingkungan. Salah satu yang termutakhir yaitu sistem Wood Bark Gasification atau Gasifikasi Kulit Kayu.

Gasifikasi adalah sebuah alternatif pembakaran untuk menghasilkan listrik lebih efisien dengan menggunakan kulit kayu dan dengan demikian mengurangi penggunaan bahan bakar tradisional seperti batu bara atau minyak dan gas.

Gasifikasi adalah teknologi bersih yang dapat diandalkan yang dapat mengubah biomassa atau bahan yang mengandung karbon menjadi gas sintetik. Gas ini kemudian dapat digunakan di mesin gas untuk produksi listrik dan panas. Manfaat yang signifikan adalah bahwa peralatan yang dibutuhkan lebih efisien dan mudah dijangkau, sehingga memungkinkan fasilitas ini bisa dibangun di komunitas kecil sekalipun, di mana saja.

Keuntungan besar lainnya dari teknologi ini adalah tidak perlu perlakuan khusus kepada  kulit kayu bahan bakar, terutama serpihan kayu dan bisa dari jenis hutan apa saja, serta tanpa harus melalui proses pengeringan.

Lalu, air yang dihasilkan dalam proses ini dibersihkan dari tar dan diubah menjadi bio-oil. Bio-oil dapat disimpan dalam tangki sehingga ketika fasilitas ditutup untuk perbaikan masih dapat menghasilkan energi dan menyediakan panas dan listrik dari biomassa, alih-alih menggunakan bahan bakar fosil .

Tapi sebagaimana proses pembakaran lainnya pasti ada residu. Nah bagaimanakah dengan residu dari gasifikasi kulit kayu ini? Residu dari gasifikasi adalah karbon yang tidak terbakar, dan ini memiliki tingkat emisi yang  sangat rendah.

Dalam residu berupa abu yang dihasilkan ini, kandungan TOC (Total Organic Carbon) yang dihasilkan sangat rendah, artinya abu ini dapat disebut residu ‘murni’. Begitu murninya hingga dapat digunakan sebagai pupuk pada bidang pertanian.

[caption caption="Biomass Gasification, teknologi mutakhir ramah lingkungan yang dimanfaatkan OKI Pulp & Paper Mills (Sumber: stlenergy.org)"]

[/caption]Namun sayangnya, teknologi ini belum banyak digunakan di Indonesia. Beruntung, kita punya pelopornya. Adalah PT OKI Pulp & Paper, yaitu unit usaha Asia Pulp & Paper yang tengah membangun basisnya di kawasan Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan.

Dengan nilai investasi keseluruhan mencapai Rp 40 triliun, dan perkiraan perolehan devisa mencapai hingga US$ 1,5 milyar per tahun, OKI Pulp & Paper menjadi kekuatan pendorong tidak saja perekonomian kawasan di lingkup Kabupaten OKI hingga Provinsi Sumatera Selatan, tapi juga Indonesia. Dengan kapasitas produksi bubur kertas (pulp) sebesar 2 juta ton per tahun dan kertas tissue mencapai 500 ribu ton, OKI Pulp & Paper yang pada pertengahan tahun 2016 beroperasi secara penuh akan menjadi salah satu pabrik pulp dan kertas terintegrasi terbesar di dunia.

Dengan kapasitas sebesar itu, ternyata PT OKI Pulp & Paper menggunakan teknologi Wood Bark Gasification yang ramah lingkungan tadi. Mereka juga telah menjadi pionir teknologi ramah lingkungan di Indonesia dan kawasan Asia. Lalu, OKI Pulp & Paper juga melakukan efisiensi pemakaian air, implementasi 3R (Reuse, Recycle & Recovering) sehingga mendukung program pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Terakhir OKI Pulp & Paper juga menerapkan standar yang ketat dalam penggunaan bahan baku antara lain melalui Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), sertifikasi lembaga Ekolabel Indonesia dan Sertifikasi Chain of Custody (CoC).

OKI Pulp & Paper Mills merupakan sebuah pengejawantahan nyata, bahwa keberlangsungan industri dan kelestarian lingkungan dapat berjalan beriringan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun