Mohon tunggu...
Zaldi Euli
Zaldi Euli Mohon Tunggu... -

warga negara yang gemar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Balada Plastik Berbayar

23 Februari 2016   15:15 Diperbarui: 23 Februari 2016   15:45 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat menjadi sampah, mikroba sangat sulit memutuskan ikatan rantai atom C penyusun kantong plastik tersebut. Butuh waktu hingga 1000 tahun untuk menguraikannya. Selain sebagai polutan bagi tanah, keberadaan kantong plastik juga sering dianggap sebagai penyebab bencana banjir. Emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan sampah plastik juga berpotensi menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

Selain itu, kantong plastik non biodegradable juga berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Kantong plastik non biodegradable, terutama kantong plastik daur ulang dengan warna hitam merupakan produk daur ulang dari bahan-bahan plastik yang tak jelas riwayat penggunaannya. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), bahan plastik tersebut bisa saja berasal dari bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan/manusia, ataupun limbah logam berat.

Dalam proses daur ulang juga sering ditambahkan zat-zat kimia berbahaya untuk memperbaiki kondisi plastik yang dihasilkan. Warna hitam sering dipilih sebagai pewarna plastik daur ulang untuk menyamarkan buruknya kondisi fisik plastik daur ulang. Zat kimia dan pewarna ini dapat terlepas dan menempel ke makanan. Jika termakan, zat-zat kimia seperti Polyvinyl chloride, Phthalates, Polystyrene, Polyester, ataupun bahan-bahan berbahaya lainnya akan mengendap dalam tubuh dan berpotensi memunculkan penyakit-penyakit berbahaya, seperti kanker, infertilitas, iritasi, dan masih banyak lagi.

Untuk menanggulangi masalah tersebut, dibuatlah kantong plastik ramah lingkungan (kantong plastik biodegradable). Kantong plastik ini dapat terdegradasi lebih cepat, yakni sekitar 0,5 hingga 5 tahun. Mikroba lebih mudah mendegradasi plastik jenis ini karena penambahan bahan ecopure additive yang bertujuan memudahkan penguraian. Namun, tingginya harga (sekitar Rp 1.000,00 per lembar) membuat plastik jenis ini tak banyak digunakan, terutama oleh para pedagang kecil. Lalu, jika plastik sulit sekali terurai di alam, bagaimana solusinya?

Ini yang mesti kita tinjau dan pikirkan bersama. Perlu dipikirkan solusi jangka panjang yang lebih komprehensif dalam menyentuh persoalan. Misalnya dengan menawarkan bahan lain yang jauh lebih ramah lingkungan seperti kertas. Bangsa-bangsa maju di berbagai penjuru dunia sudah jauh lebih dulu menggunakan kantong kertas sebagai pembungkus bahan belanja yang populer. Namun lagi-lagi, bola ada di tangan pemerintah. Kiranya di belahan bumi manapun, masyarakat hanya perlu diberikan regulasi yang jelas dan masuk akal untuk dipatuhi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun