Jaringan Inovasi Pelayanan Publik yang masih berumur setahun ini memang masing belum terdengar gaungnya. Setidaknya, sekitar separoh dari 82 undangan JIPP Jatim dalam Lokakarya Pelayanan Publik Yang Inovatf & Pengawasan Warga beberapa hari lalu menyatakan kalau baru saja mendengar tentang JIPP ya saat menerima undangan lokakarya. Kegiatan yang dilangsungkan di Aula Fakultas Ilmu Administrasi UB, Malang ini mengusung issue bagaimana aktor non pemerintah ini dapat berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan yanbik, mulai dari proses perencanaan sampai dengan pengawasan dengan memaksimalkan pemanfaat situs JIPP sebagai sumber informasi.
Pada hari pertama, 6/10, JIPP Jatim selaku penyelenggara, yang didukung oleh Pemprov Jatim, Kinerja USAID, GIZ, Universitas Brawijaya, mengulas tentang situs JIPP Jatim sebagai media pembelajaran dan komunikasi bagi para penyelenggara yanbik (pemerintah) dan aktor non pemerintah. Yang dimaksud dengan aktor non pemerintah diantaranya hadir di forum lokakarya ini, yaitu LSM dan Mitra Pembangunan, Jurnalis Warga, Forum Multi Stakeholder, dan Media Arus Utama. Situs ini memuat inovasi-inovasi yanbik yang telah dilakukan dan didokumentasikan oleh Pemerintah Kab/Kota di Jawa Timur, dan sebagan besar telah terpublikasi melalui media pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga penelitian di Indonesia.
Redhi Setiadi dari Program TRANSFORMASI di awal pengenalan situs ini sekilas menyampaikan kemanfaatan situs bukan hanya bagi pemerintah selaku penyelenggara yanbik dan masyarakat, tapi juga para mahasiswa dan peneliti, dokumen dan informasi inovasi di situs ini dapat digunakan sebagai sumber pertama. Kemanfaatan yang diharapkan itu mungkin hanya sebagian kecil yang bisa diterima aktor non pemerintah sebagaimana dimaksudkan, yaitu situs ini akan menjadi inspirasi penelitian dan pemberitaan mendalam. Namun sebenarnya, situs ini bisa saja lebih luas dari sekedar kepentingan penyebarluasan informasi inovasi semata. Melainkan juga bisa menjadi inspirasi bagi para aktor non pemerintah untuk bersuara lebih bernas dalam menyikapi pelayanan bidang serupa di wilayahnya masing-masing.
Bahasan ini semakin mendalam dalam diskusi kelompok pada keesokan harinya, Jum'at, 7/10, yang melibatkan sebagian besar jurnalis warga dan jurnalis media arus utama. Dari Suara Surabaya FM menyampaikan sebaiknya rubrik ini dipertimbangkan matang, persiapkan tim yang dapat memberi tanggapan secara cepat, sebelum keluhan itu didistribusi ke lembaga penyelenggara yanbik sesuai bidang masing-masing. Jika tidak, maka jalur-jalur media arus utama, terutama radio seringkali menjadi ruang publik untuk menumpahkan keluh kesahnya. Bukan hanya Suara Surabaya, tapi Suara Kota Bondowoso juga demikian melalui rubrik Laporo Rek!
(Catatan ke-1)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H