Ahmad Effendy Noor, salah satu tokoh agribisnis dan merupakan seorang pemimpin dari perusahaan swasta yang bergerak di sektor pertanian, menyatakan dukungannya terhadap program cetak sawah dan pemulihan lahan kritis yang digagas pemerintah. Menurutnya, program ini merupakan langkah strategis untuk menjawab tantangan ketahanan pangan sekaligus membuka peluang bagi petani milenial untuk terjun ke sektor agribisnis. Â
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah mengalokasikan anggaran signifikan untuk memperluas lahan produktif, terutama di kawasan terpencil dan daerah dengan lahan kritis. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan impor pangan dan meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri. Ahmad Effendy Noor melihat kebijakan ini sebagai langkah progresif yang harus didukung oleh semua pihak. Â
Mendorong Generasi Milenial ke Sektor Pertanian
Ahmad Effendy Noor menekankan pentingnya melibatkan generasi milenial dalam program ini. Ia berpendapat bahwa petani muda memiliki potensi besar untuk memanfaatkan teknologi modern dalam mengelola lahan baru dan meningkatkan produktivitas pertanian. Â
"Generasi milenial memiliki semangat inovasi yang tinggi. Dengan dukungan teknologi seperti drone, Internet of Things (IoT), dan aplikasi manajemen pertanian, mereka dapat mengubah wajah sektor pertanian menjadi lebih efisien dan berdaya saing," ujarnya dalam sebuah diskusi agribisnis. Â
Namun, ia juga menyoroti pentingnya edukasi dan pelatihan sebagai fondasi keberhasilan program ini. Tanpa pemahaman yang memadai tentang teknik pertanian modern dan pengelolaan lahan, potensi yang dimiliki petani milenial mungkin tidak dapat dioptimalkan. Â
Pemulihan Lahan Kritis sebagai Investasi Jangka Panjang
Program pemulihan lahan kritis juga menjadi perhatian khusus Ahmad Effendy Noor. Ia menyebutkan bahwa banyak lahan di Indonesia yang mengalami degradasi akibat aktivitas yang tidak berkelanjutan, seperti deforestasi dan eksploitasi tambang. Pemulihan lahan kritis melalui metode konservasi tanah, penggunaan pupuk organik, dan penanaman vegetasi penutup tanah adalah langkah penting untuk mengembalikan produktivitas tanah. Â
"Pemulihan lahan kritis bukan hanya soal meningkatkan hasil pertanian, tetapi juga bagian dari upaya menjaga keberlanjutan ekosistem. Petani yang dilibatkan dalam proses ini akan memiliki lahan yang lebih produktif di masa depan, sekaligus mendukung program nasional ketahanan pangan," kata Ahmad Effendy Noor. Â
Sinergi antara Pemerintah dan SwastaÂ
Ahmad Effendy Noor juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah dan sektor swasta. Menurutnya, perusahaan agribisnis dapat memainkan peran kunci dalam menyediakan teknologi, bibit unggul, dan akses pasar bagi petani yang terlibat dalam program cetak sawah dan pemulihan lahan. Â
"Kolaborasi antara sektor publik dan swasta adalah kunci keberhasilan. Pemerintah menyediakan kebijakan dan insentif, sementara swasta memberikan dukungan teknis dan investasi. Dengan sinergi ini, kita bisa menciptakan ekosistem pertanian yang lebih kuat," ujarnya. Â
Mengubah Tantangan Menjadi Peluang
Bagi Ahmad Effendy Noor, program cetak sawah dan pemulihan lahan kritis adalah peluang besar untuk mendorong transformasi sektor pertanian di Indonesia. Ia optimistis bahwa dengan dukungan semua pihak, program ini tidak hanya akan meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga menciptakan generasi petani milenial yang inovatif dan berdaya saing. Â
Sebagai tokoh yang aktif mempromosikan pertanian berkelanjutan, Ahmad Effendy Noor berharap program ini dapat menjadi model bagi inisiatif lainnya dalam memajukan sektor pertanian Indonesia. "Pertanian adalah masa depan kita. Dengan langkah strategis dan kolaborasi, Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H