Gresik, Jawa Timur -- Ahmad Effendy Noor, (CO) PT Nividia Pratama, menyoroti pentingnya penyediaan akses terhadap lahan bagi generasi muda yang ingin terjun ke dunia pertanian. Menurutnya, langkah ini menjadi kunci utama dalam mendorong lahirnya petani milenial yang produktif dan inovatif.
Dalam diskusi bertema "Masa Depan Pertanian di Tangan Generasi Muda" yang digelar di Gresik, Effendy menegaskan bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi petani milenial adalah sulitnya memperoleh lahan. Hal ini diperparah oleh alih fungsi lahan yang kian marak, terutama di kawasan perkotaan dan industri.
"Tidak semua generasi muda memiliki akses ke lahan pertanian, baik karena harganya yang tinggi maupun karena alih fungsi lahan yang tak terkendali. Jika kita ingin regenerasi petani berjalan sukses, akses lahan harus menjadi prioritas," ujar Effendy di hadapan peserta diskusi yang mayoritas adalah pemuda dan petani lokal.
Reforma Agraria dan Kemitraan sebagai Solusi
Effendy menyarankan pemerintah untuk mengintensifkan program reforma agraria sebagai langkah awal menyediakan lahan bagi petani muda. Program ini bertujuan untuk mendistribusikan lahan negara yang belum dimanfaatkan secara optimal kepada masyarakat, termasuk petani milenial.
"Reforma agraria adalah solusi jangka panjang yang konkret. Pemerintah perlu mempercepat redistribusi lahan untuk generasi muda yang serius mengembangkan sektor pertanian," kata Effendy.
Selain itu, ia juga mengusulkan model kemitraan antara pemilik lahan dengan petani milenial. Dengan pola ini, pemuda yang tidak memiliki lahan tetap dapat bercocok tanam melalui sistem sewa atau bagi hasil yang terjangkau.
"Kemitraan dengan pemilik lahan harus diatur sedemikian rupa agar adil dan mendukung keberlanjutan usaha petani muda. Harga sewa yang terlalu tinggi hanya akan mematahkan semangat mereka," tambahnya.
Dukungan Teknologi dan Pembiayaan
Tidak hanya akses lahan, Effendy menilai bahwa dukungan teknologi dan pembiayaan juga diperlukan untuk meningkatkan produktivitas petani milenial. Ia mencontohkan penggunaan teknologi modern, seperti drone dan aplikasi berbasis data, yang dapat membantu pemetaan lahan dan pengelolaan hasil panen.
"Selain lahan, teknologi adalah kebutuhan penting. Tapi teknologi akan sia-sia jika mereka tidak punya tempat untuk bertani. Ini harus menjadi perhatian bersama," tegasnya.
Harapan untuk Generasi Muda
Effendy optimis bahwa dengan akses lahan yang memadai, generasi muda dapat membawa perubahan besar dalam sektor pertanian. Ia mengajak pemerintah, pihak swasta, dan pemilik lahan untuk bekerja sama menciptakan ekosistem yang mendukung petani milenial.
"Petani muda adalah tulang punggung ketahanan pangan di masa depan. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memastikan mereka memiliki fondasi yang kuat untuk berkembang," ujarnya penuh semangat.
Pentingnya Tindakan Cepat
Di akhir diskusi, Effendy mengingatkan bahwa ketahanan pangan Indonesia bergantung pada regenerasi petani yang efektif. Akses terhadap lahan harus menjadi langkah awal yang segera diwujudkan.
"Kalau kita tidak bertindak sekarang, kita akan kehilangan potensi besar dari generasi muda yang sebenarnya memiliki semangat dan ide-ide segar untuk memajukan pertanian," tutupnya.
Diskusi ini dihadiri oleh puluhan pemuda dari berbagai daerah di Jawa Timur. Ahmad Effendy Noor berharap langkah konkret segera diambil agar generasi muda lebih percaya diri dan bersemangat menjadikan sektor pertanian sebagai pilihan karier yang menjanjikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H