Mohon tunggu...
Zaky Burhan
Zaky Burhan Mohon Tunggu... -

Ashphothograte

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita dan Hikayat

27 Februari 2016   21:02 Diperbarui: 27 Februari 2016   22:03 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang pasti tahu tentang karya sastra; paling tidak pernah membaca salah satu dari beribu-ribu karya yang diciptakan dari jari-jemari satrawan. Sudah menjadi hal yang lumrah, suatu sastra yang bersifat cerita memiliki setidaknya 6 unsur intrinsik, di antaranya adalah: latar, tema, alur, sudut pandang, penokohan, amanat. Dalam uraian dibawah, penulis akan membandingkan unsur intrinsik kedua karya sastra; Hikayat Si Miskin dan Cerpen Wanita dan Semut-Semut di Kepalanya.

Latar

Hikayat merupakan sebuah cerita yang dibuat di zaman lawas, pada zaman kerajaan dahulu. Sehingga wajar saja jika hikayat memiliki latar istana sentris. Hikayat Si Miskin tidaklah berbeda dengan hikayat pada umumnya. Pada hikayat ini mengadopsi latar istana sentris pula. Berkebalikan dengan hikayat tersebut, cerpen ini menggunakan latar tempat masyarakan perekonomian menengah kebawah. Di lingkungan rumah padat ibu kota. Keduanya memiliki persamaan pada latar suasana yaitu, cenderung gelap. Sedih.

Tema

Kehidupan nampaknya selalu suram dan menyedihkan dalam dongeng-dongeng. Tak berbeda halnya dengan cerpen dan hikayat ini. Tema yang diangkat adalah adalah betapa suram dan pedihnya permasalahan yang ditimpakan pada kedua tokoh hikayat dan cerpen. Namun tema hikayat dan cerpen ini seperti koin yang mempunyai dua sisi, satu namun berbeda. Dalam Hikayat Si Miskin dijelaskan bahwa ada seorang raja dan istrinya yang ditimpa kutukan dan jatuh miskin. Sedangkan, dalam cerita pendek musibah yang dialami oleh tokoh utama terjadi di dalam dirinya. Persoalan batin; tokoh utama ditinggal oleh suaminya karena dirinya.

Alur

Dalam menulis sebuah karya, bisa digunakan beberapa alur: maju, mundur, maju-mundur. Penulis hikayat dan cerpen yang sedang dibahas menggunakan alur yang berbeda. Hikayat dengan alur maju-mundur. Cerpen dengan alur maju. Semua kejadian pada cerpen Wanita dan Semut-Semut di Kepalanya diceritakan secara runtut berdasarkan kronologis. Sedangkan pada Hikayat Si Miskin menceritakan kejadian secara tidak runtut, lompat-lompat. Pemilihan alur maju-mundur pada hikayat dirasa tepat dan menjadikannya sebagai sebuah nilai tambah, karena dapat memacu jalan pikir sang pembaca dan memberikan nilai estetika yang lebih.

Sudut Pandang

Orang pertama, Orang . Ya, yang telah disebutkan adalah macam-macam sudut pandang. Pada titik ini kedua hikayat dan cerpen dapat bertemu. Penulis menggunakan jenis sudut pandang yang sama, sudut pandang orang ketiga serba tahu. Pada kedua karya sastra ini dapat dibuktikan secara mudah bahwa keduanya menggunakan sudut pandang yang sama. Penulis seakan-akan seperti tuhan. Tahu segalanya dan apa yang akan terjadi berikutnya.

Penokohan

Penyampaian penokohan pada cerpen terlihat dengan jelas melalui penggambaran dialog antar tokoh, dan yang utama adalah lingkungan hidup tokoh dan perilaku tokoh, seperti yang terdapat pada kutipan “Ia berangkat sebelum matahari terbit dan pulang sebelum senja; bekerja sebagai pustakawati di universitas swasta.

Setiba di rumah, ia menyeduh teh serai lalu duduk di beranda untuk membaca buku.”. kutipan tersebut menggambarkan seseorang yang sibuk dan fanatik atas pekerjaannya. Hal yang berbeda ditemui dalam Hikayat Si Miskin, penulis menggambarkan perwatakan tokoh umumnya menggunakan penggambaran langsung. Perhatikan kutipan berikut “Maka adalah seorang miskin laki bini berjalan mencari rezekinya sekeliling negeri antah berantah” menggambarkan sifat sabar.

Amanat

Walaupun memiliki latar suasana yang sekiranya sama, amanat yang disampaikan berbeda. Pada cerpen Wanita dan Semut-Semut di Kepalanya, mengajarkan kita untuk berpikir simpel, jangan terlalu berbelit dalam menghadapi sesuatu dan untuk jangan menyia-nyiakan sesuatu yang kita miliki. Pada Hikayat Si Miskin, walaupun tingkatan bahasa yang digunakan berbeda, amanat dapat pembaca peroleh saat sudah menyelesaikan bacaannya.

Hikayat ini mengajarkan kita untuk tetap teguh dan sabar menghadapi kehidupan. Menghadapi halang rintang yang berada di depan kita. Terlebih lagi, amanat dalam kedua sastra ini memiliki cara penyampaian yang sama, yaitu secara tersirat.

 

Tautan Hikayat Si Miskin: https://indotim.wordpress.com/cerita-rakyat-nusantara-2/hikayat-simiskin/

Tautan Cerpen Wanita dan Semut-Semut di Kepalanya: http://cerpen.print.kompas.com/2014/03/02/wanita-dan-semut-semut-di-kepalanya/

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun