Mohon tunggu...
Zakiyatul Muti'ah
Zakiyatul Muti'ah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sejarahkan kisah saja..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sambil Menunggu "Penguasa" Negeri Selanjutnya...

22 Mei 2014   05:16 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:15 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau dibawa kemana tangguhnya Negara tercinta kalau kekuasaan seolah masih jadi iming-iming dan kebanggaan luar biasa bagi setiap peserta lombanya?

Semakin hari semakin dekat saja pada Indonesia untuk memiliki “raja” barunya. Para rombongan kampanye mulai bergerilya kemana-mana. Mulai dari kepentingan yang benar-benar menyuarakan aspirasi rakyat “katanya”, sampai kepentingan konser mengambil hati bernyanyi bersama rakyat dalam rangka menghibur dan berharap meraup lahap banyak suara.

Oke. Itu trik lama.

Tidak dapat disalahkan.

Yang penting rakyat suka.

Begitu pemandangannya.

Jauh mendalam dari itu, banyak sekali yang sebenarnya masyarakat awam tidak faham bagaimana jalannnya system politik yang diagung-agungkan sebagai wakil rakyat. Terlebih, wakil rakyat miskin katanya wakil rakyat yang tidak didengar suaranya katanya dan sebutan sebutan “resmi” lainnya buat masyarakat Indonesia dan katanya sih, mayoritas.

Berarti masyarakat Indonesia mayoritas tidak mampukah?

Berarti yang dibidik para calon wakil rakyat adalah yang disebut miskinkah?

Ya, semuanya begitu!

Karna secara psikologis mereka mudah memilih dengan sedikit saja embel-embel pemenuhan kebutuhan dan itu seperti secercah harapan ditengah keputusasaan broo…

Berbicara kekuasaan dan otoritas tertinggi di negeri ini yang dalam hitungan hari insyaAllah akan berpindah tuan rumah, hendaknya tidak semena-mena kita berargumen sembarangan apalagi kalo cuman sekedar ikut-ikutan. Susah sih bagi yang tidak mengerti. Termasuk bagi saya sendiri.

Tapi karna penasaran dan ingin mengutak atik arti kekuasaan dan otoritas, maka saya coba kaitkan dengan isu-isu kecalonan kepresidenan saat ini. Apakah benar-benar menjadi Penguasa nantinya? Dan apakah seorang Otoriter sejati kedepannya?

Identik dengan jabatan dan pangkat atau gelar atau apalah itu namanya, Kekuasaan merupakan kemampuan pemimpin dalam memaksakan orang lain untuk melakukan ketertundukkan perintah yang diberikan oleh sang pemilik kekuasaan. Artinya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk memiliki kewenangan memberi perintah kepada bawahannya dan perintah itu bersifat memaksa sehingga orang lain suka atau tidak suka harus mematuhi perintah itu. unsur pemaksaan dalam kekuasaan bisa berarti dalam bentuk kekerasan ataupun dengan cara halus.

Nah, dalam kekuasaan seorang pemimpin ini dia mempunyai otoritas. Otoritas adalah hak untuk memberi perintah, dalam kaitan ini berarti juga, hak untuk dipatuhi. Istilah tersebut harus dibedakan dengan kekuasaan yang berarti kemampuan untuk memaksakan ketertundukkan, baik dengan kekuatan (kekerasan) ataupun hanya sekedar ancaman.

Jadi kaitannya adalah, kekuasaan dan otoritas merupakandua unsur yang saling komplementer walaupun keduanya terjadi dikotomi dalam fungsi pemimpin negara. Artinya bahwa memang katakanlah kekuasaan seorang pemimpin dalam suatu negara mempunyai kekuasaan eksekutif dalam menjalankan aktivitas kenegaraan. Kekuasaan tersebut hanya pada tataran ’terbatas’ pada tugas atau pun peran eksekutif. Dibalik kekuasaan itu ada otoritas yang dimiliki yakni setiap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh eksekutif harus di patuhi dan dijalankan. Sedangkan otoritas tidak selalu harus mempunyai kekuasaan ataupun jabatan dalam menjalankan fungsi otoritasnya. Ia bisa memegang otoritasnya jika mempunyai pengaruh di dalam kepemimpinannya.

Maka dalam hal ini, hendaknya apapun kasta masyarakat dalam status sosial tidak lagi dijadikan alasan para calon penguasalah.. ada banyak hal selain itu yang menjadi sebab bagaimana negeri ini rasanya selalu kacau. Terutama dalam ranah politiknya.

Semoga rakyat cerdas, mendapat pemimpin cerdas. Menjadi penguasa dan memiliki otoritas yang baik tidak hanya pas pidato pake teks saja. Lupakan dulu siapa pak prabowo siapa pak widodo dan siapa pak wiranto dan siapa siapa lainnya..

Mari amati baik-baik saja..

Sungguh, hanya akan salah jika menyalahkan masih menjadi wabah terburuk di suatu negara.

Tidak hanya soal kemiskinan dimana-mana.

Tapi soal pembodohan dimana-mana, pak!

Coba saja ada pemimpin Indonesia yang berani membuat semua rakyat kaya ya.. hehe

SEMOGA BERMANFAAT.. J

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun