Menulis untuk hanya menuliskan apa yang ingin ditulis, tanpa ada sebuah keinginan besar agar dibaca banyak orang. Berharap agar tulisan yang dihasilkan bermanfaat untuk banyak orang tidak salah, tapi berharap besar untuk di-like atau dikomentari mereka sepertinya hanya akan menurunkan nilai dari tulisan itu.
Terkadang banyak bisikan yang cukup mengganggu saat hendak mulai menulis. Mulai dari “bakal dibaca ga ya?” atau “bagus ga ya tulisannya?” atau “duh, takut rancu” dan lain sebagainya. Mulai dari kekhawatiran eksternal seperti pandangan orang, hingga kekhawatiran internal seperti kurang percaya diri yang sebenarnya akan berujung pada kekhawatiran eksternal juga.
Menulis adalah hubungan bilateral antara si penulis dengan media tulisnya. Tidak secara langsung dengan orang yang membaca tulisannya. Mengesampingkan pandangan orang lain dan memfokuskan diri untuk menuangkan yang terbaik dalam tulisan akan membuat pikiran dan hati lebih tenang. Tulisan yang dihasilkan pun tidak akan terkontaminasi oleh hal-hal yang akan mengurangi value kebermanfaatan yang terdapat di dalamnya.
Saat kegiatan menulis benar-benar ditujukan untuk menulis, sunnatullah semesta akan bekerja sedemikian rupa untuk menjadikan tulisan itu–setidaknya–sampai pada orang yang sedang membutuhkan. Saat value kebermanfaatan dijadikan ruh utama dalam tulisan, sunnatullah semesta akan bekerja sedemikian rupa sehingga tulisan itu berakhir menjadi sesuatu sebagaimana ia diniatkan. Biarkan sunnatullah semesta yang menyampaikan maksud dari tulisan pada siapapun yang membutuhkan.
Tuangkan apa yang memang ingin dituangkan. Saat ada hikmah hidup tertangkap, tuangkan dalam tulisan. Bisa jadi di luar sana ada orang yang sedang mengalami hal sama namun belum tahu bagaimana menghadapinya. Saat ada hasil seminar atau diskusi tercatat, tuangkan dalam tulisan. Bisa jadi di luar sana ada orang yang sedang membutuhkan informasi tersebut. Saat ada pandangan hidup terlintas, tuangkan dalam tulisan. Bisa jadi di luar sana ada orang yang sedang ingin mempelajari cara berpikir orang lain. Saat ada suatu pencapaian yang didapat, tuangkan dalam tulisan. Bisa jadi di luar sana ada orang yang sedang mencari inspirasi atau sesuatu yang dapat menguatkannya.
Mengondisikan Diri Menangkap Ide
Ide memang fondasi utama dalam sebuah tulisan. Ide di sini bersifat luas. Tidak hanya sesuatu yang berasal dari dalam pikiran. Ia juga bisa berasal dari kejadian sekitar yang muncul. Intinya, sesuatu yang menjadi sumber inspirasi dalam menulis.
Menunggu ide muncul baru menulis, biasanya hanya berakhir di tataran niat. Mencari ide dulu baru menulis, biasanya berakhir pada stagnasi. Tidak jarang bahkan hasrat untuk menulis tiba-tiba hilang tanpa alasan yang jelas. Menggantungkan aktivitas menulis pada ide hanya akan membuat kegiatan menulis itu sendiri menjadi kurang produktif.
Ide tidak perlu dicari ataupun ditunggu. Biarkan ia datang dan mampir dalam pikiran dengan sendirinya. Karena pada hakikatnya, ide yang dapat dijadikan sumber inspirasi dalam menulis itu tersebar di mana-mana. Mengalir deras, berserakan di sana-sini. Hal yang perlu dilakukan hanyalah mengondisikan diri untuk menangkap ide-ide terserak itu.
Banyak hal yang dapat dilakukan dalam pengondisian diri ini. Mengasah kepekaan, contohnya. Kepekaan yang dimaksud adalah kepekaan dalam mengambil hikmah dari apa yang terjadi di sekitar. Baik yang dialami sendiri, maupun yang dialami orang lain. Hal yang mungkin dianggap remeh oleh orang lain, akan menjadi sesuatu yang tak ternilai bagi orang yang memiliki sensor hikmah yang sensitif. Saat sensor hikmah aktif, kejadian sekecil apapun dapat diubah menjadi tulisan yang mengesankan.
Bentuk lain pengondisian diri ini adalah berdiskusi. Diskusi adalah salah satu media menangkap ide yang efektif, karena saat berdiskusi ide berlompatan ke sana kemari. Terkadang, tak hanya dari sesuatu yang didiskusikan saja, dari cara kawan diskusi menyampaikan argumen, cara pandang yang berbeda, emosi yang terlibat, bisa dijadikan ide dalam menulis. Tidak ada pelibatan wawasan, emosi, visi, dan pengalaman yang lebih banyak selain dari saat berdiskusi. Akan ada banyak unsur ide yang dapat ditangkap saat berdiskusi.