Yang ketiga, struggle for the fittest di tengah pandemi covid ini termasuk seleksi kepedulian terhadap sesama. Orang/ perusahaan yang memiliki kepedulian akan ikut bersama-sama menyelesaikan pandemi ini dengan tidak mengambil keuntungan yang berlebihan, bahkan ikut memberikan sumbangsih atas keuntungan usaha yang selama ini didapatkan untuk membantu sesama (membagikan masker, sembako, membuatkan tempat cuci tangan/ bilik desinfektan di berbagai lokasi, dsb.).
Orang ini sadar ketika Ia ikut memberikan solusi/ peduli maka masalah ini akan segera dilalui dan bisa memulai kehidupan seperti sedia kala.
Sebaliknya orang yang rakus/tamak di tengah kondisi pandemi tanpa ada rasa peduli misal dengan mengambil keuntungan berlebih saat jualan masker/hand sanitizer, menimbun sembako, membuat order fiktif, mencuri masker/ keran-sabun tempat cuci tangan, dsb. justru semakin membuar memperkeruh masalah di tengah masyarakat.
Orang semacam ini justru akan mengancam dirinya sendiri karena pandemi tidak segera berakhir, bahkan di situasi tertentu Ia akan berurusan dengan hukum dan sanksi sosial.
Pada akhirnya kondisi pandemi ini akan melahirkan generasi manusia yang baru, yang mampu berjuang dan bertahan hidup, Ia harus berubah dan beradaptasi sehingga Ia dinilai fit (cocok) dengan konteks dunia yang terus mengalami pembaruan.
Generasi manusia baru yang memiliki pola hidup sehat, akal pikiran yang didayagunakan secara rasional dan ilmiah, dan memiliki kepedulian kepada sesama. Struggle for the fittest.