Mohon tunggu...
Zakki Wakif
Zakki Wakif Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadi Ustaz atau Ustazah Jempolan di Pesantren? Bisa!

18 Desember 2016   19:38 Diperbarui: 18 Desember 2016   19:54 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melihat Zee Zee Shahab yang berperan sebagai Ustadzah Jannah di film “Cahaya Cinta Pesantren”,mungkin banyak yang bertanya-tanya: Apakah menjadi seorang ustaz atau ustazah ternyata bisa seseru itu? Sulit tidak sih menjadi seorang ustaz atau ustazah jempolan di pesantren?

Sebenarnya, hal utama yang harus diperhatikan untuk bisa menjadi ustaz atau ustazah, adalah memahami Alquran, ilmu agama, dan ilmu dunia secara mendalam. Dengan begitu Anda punya bekal yang cukup menyampaikan pesan-pesan agama secara lebih baik. 

Namun, apakah menjadi ustadz atau ustadzah para santri berarti harus selalu serius dan berjarak?

Ternyata tidak, lo. Bahkan, ustaz atau ustazah jempolan adalah mereka yang bisa dekat dengan para santri, seperti orang tua dan anak-anak asuh. Mereka bisa bebas curhat dan bercanda dengan Anda, selama masih dalam batas-batas yang wajar dan saling menghormati. Bila tidak, Anda bisa kehilangan wibawa.

Berkaca pada karakter Ustadzah Jannah di film “Cahaya Cinta Pesantren”,beberapa karakter pertanda ustaz atau ustazah jempolan di bawah ini mungkin bisa Anda tiru:

  • Inovatif.

Tidak ingin para santri mengantuk dan jatuh tertidur karena bosan saat Anda menyampaikan materi? Hmm, sepertinya Anda harus mulai lebih inovatif dalam mengajar.

Misalnya: agar anak tidak hanya hapal Alquran, Anda bisa meminta mereka memilih satu kejadian nyata dalam hidup mereka untuk dicari solusinya lewat Alquran. Jadi, mereka semakin yakin bahwa Alquran memang benar-benar pedoman hidup sejati.

  • Penyabar.

Memang, tingkah laku anak-anak yang kadang badung berpotensi menyulut kemarahan Anda. Ucapkanlah istighfarbeberapa kali sambil menarik napas dalam-dalam bila kelakuan mereka mulai menguji kesabaran Anda.

Memang lelah sih, tapi namanya juga cobaan. Daripada berteriak marah-marah di kelas, lebih baik diam dan balik badan. Dijamin, mereka pasti akan terdiam dengan sendirinya dan langsung merasa tidak enak.

  • Tetap updatedengan dunia anak didik.

Namanya juga remaja. Pasti mereka juga masih melek dengan ragam trendyang ada. Mungkin para santri dan santriwati di depan Anda diam-diam penggemar musisi K-Pop atau selebriti yang sedang ngetop setelah main film tertentu.

Tidak perlu ikutan nimbrung, cukup maklumi saja. Selama kesukaan mereka pada musisi atau aktor favorit hanya sebatas kekaguman akan hasil karya mereka, tidak apa-apa.

Jangan sampai kekaguman tersebut kemudian berubah menjadi pemujaan yang berlebihan. Jangan lupa ingatkan mereka untuk tetap melihat sosok-sosok tenar tersebut sebagai manusia biasa yang juga bisa punya salah.

  • Jangan langsung menghakimi saat menemukan surat cinta santri.

Masa puber adalah masa paling menantang bagi setiap remaja. Tidak hanya perubahan fisik, mereka juga harus menghadapi perubahan emosi dan kondisi psikologis yang kerap membuat mereka bingung. Salah satunya adalah perasaan tertarik kepada lawan jenis.

Nah, sudah bukan cerita baru lagi bila di antara para santri ada acara surat-suratan. Bila kebetulan Anda menemukan surat cinta mereka tanpa sengaja (atau saat sidakalias inspeksi mendadak), jangan langsung marah dan menghakimi mereka sebagai pelaku zina dan calon penghuni neraka.

Ajaklah mereka duduk dan bicara baik-baik mengenai perasaan mereka, terutama bila baru pertama kalinya mereka melakukan hal tersebut. Beritahukan kepada mereka bahwa yang mereka rasakan itu wajar dan normal.

Namun, mereka juga harus berhati-hati, karena setan dapat membuai perasaan mereka hingga “panjang berangan-angan”. Padahal, belum tentu sosok yang mereka sukai atau cintai akan berjodoh dengan mereka nanti.

Intinya, hanya dengan pernikahanlah dua insan lain jenis dan bukan mahram dapat saling berdekatan secara halal. Selain itu, tidak. Jadi, ada baiknya mereka lebih banyak fokus belajar dan meraih cita-cita dulu.

Nah, sudah siap jadi ustadz atau ustadzah jempolan di pesantren?

Sumber: 1 | 2 | 3 |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun