Senja menyelimuti Rumah Sakit Jiwa Santa Maria, meninggalkan bayangan panjang di lorong-lorongnya yang sunyi. Â Suasana mencekam mencengkeramku. Kakakku, Risa, menghilang. Hilang di rumah sakit tua ini, tempat dia dirawat karena penyakit misterius yang perlahan menggerogoti jiwanya.
Seminggu lalu, Risa dirawat di sini. Â Rumah sakit ini menyimpan banyak kisah kelam. Dokter menyebut penyakitnya langka, gangguan neurologis yang menyebabkan halusinasi dan kehilangan ingatan. Tapi aku melihat lebih dari itu. Â Aku merasakan kehadiran sesuatu yang gelap, sesuatu yang mengikuti Risa, membayangi setiap langkahnya.
Sore itu, saat aku membawakannya makanan, dia lenyap. Â Sekejap saja, saat aku berbalik, dia sudah tidak ada. Â Aku memanggilnya, panik, tapi hanya kesunyian yang menjawab. Perawat mengatakan mereka tidak melihatnya. Â Mereka bahkan meragukan keberadaan Risa di kamar itu.
Aku mencari ke seluruh ruangan, tetapi sia-sia. Â Ketakutan menghimpitku. Â Aku berlari ke lorong, lorong panjang dan gelap yang terasa tak berujung. Â Bau anyir dan aroma obat-obatan usang memenuhi udara. Â Dinding-dinding tua dan lembab dihiasi coretan-coretan aneh, seperti simbol-simbol kuno.
Di tengah lorong, sebuah cermin tua tergantung di dinding. Â Bayangan Risa muncul di cermin, pucat dan matanya kosong. Â Dia menunjuk ke ujung lorong, lalu menghilang. Â Aku mengikutinya, jantung berdebar kencang.
Lorong semakin gelap dan sunyi. Â Langkah kakiku bergema, seolah memanggil sesuatu yang mengerikan. Â Aku melihat bayangan bergerak di kejauhan, semakin dekat dan membesar. Â Bayangan itu menyerupai Risa, namun lebih mengerikan. Â Matanya menyala merah, dan senyumnya... mengerikan.
"Cari aku..." bisikannya terdengar samar, "Cari aku di lorong... selamanya..."
Aku tersadar. Â Aku berada di kamar Risa, tempat tidur kosong. Â Pagi telah tiba. Â Aku lega, namun ketakutan masih membayangi. Â Aku tahu, ini belum berakhir. Â Risa masih di sini, di suatu tempat di lorong rumah sakit tua ini, menungguku. Â Dan aku takut, jika aku menemukannya, aku mungkin tidak akan pernah kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H