Mohon tunggu...
Zakiyah Nur Fiddini
Zakiyah Nur Fiddini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

Halo selamat bertemu di akun saya, selamat membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berita Hangat Wacana PPN terhadap Pendidikan

21 Juli 2021   12:48 Diperbarui: 21 Juli 2021   13:14 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu belakangan ini terdapat berita hangat tentang adanya PPN terhadap pendidikan dan pangan, berita yang sangat hangat ini menjadi salah satu alasan kenapa saya mengambil tema atau judul ini. Menurut saya, PPN yang belum dilaksanakan ini menjadi salah satu berita panas dan membuat banyak orang cemas karena mereka memikirkan dampak apabila terjadi pada masyarakat bawah yang belum stabil dalam hal ekonomi.

PPN terhadap pendidikan ini masih belum jelas diberlakukannya dan diterapkannya, banyak sebuah artikel yang sudah membahas tentang berita hangat ini di dalam artikel tersebut banyak yang setuju dan tidak setuju. 

Menurut sekelompokkan orang yang tidak setuju karena akan membuat pendidikan menjadi mahal, tidak dapat mensejahterakan rakyat yang dimana pendidikan merupakan salah satu faktor utama tentang kemajuan negara, dan banyak rakyat kecil yang sebelum adanya berita tentang pendidikan akan dikenakan PPN saja masih banyak anak yang belum dapat hak untuk bersekolah bagaimana nanti kalau diberlakukan PPN ini akan mengakibatkan banyak anak yang akan putus sekolah. 

Sedangkan, menurut yang setuju yaitu karena diberlakukannya PPN terhadap pendidikan akan membuat pendidikan menjadi lebih mementingkan sebuah mutu yang baik, dan membuat fasilitas penunjang pendidikan.

Menurut Liputan6.com, Jakarta - Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Neilmaldrin Noor, menegaskan bahwa rencana Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak akan membuat angka putus sekolah meningkat. 

Pasalnya, PPN ini akan dikenakan untuk jasa pendidikan dengan iuran dalam batas tertentu. Rencana pemerintah mengenakan PPN untuk jasa pendidikan diketahui dari Rancangan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (RUU KUP). 

Ternyata yang akan dikenakan dalam PPN pendidikan dan pangan yaitu Produk yang mempunyai kualitas terbaik dan pendidikan yang memiliki dan terlibat dalam komersial. 

Seperti dalam berita Jakarta, CNN Indonesia "Untuk sembako, pengenaan PPN tidak akan diberlakukan pada kebutuhan pokok yang dijual di pasar tradisional. Pengenaan PPN hanya akan diberlakukan pada bahan pokok premium dengan perbedaan harga jauh dari yang dijual di pasar tradisional." 

Dan "Jasa pendidikan yang bersifat komersial dalam batasan tertentu ini akan dikenakan PPN. Sementara jasa pendidikan yang mengemban misi sosial, kemanusiaan, dinikmati oleh masyarakat banyak pada umumnya, misalnya masyarakat SD negeri dan sebagainya tentunya ini tidak akan (dikenakan) PPN".

Menurut pendapat saya, tentang artikel diatas apabila ditetapkannya PPN untuk pangan dan pendidikan tidak disama ratakan atau hanya beberapa pangan yang kualitas baik serta pendidikan yang memiliki nilai komersial saya setuju karena tidak mengganggu masyarakat ekonomi bawah dan dapat membuat salah satu masukan kepada negara apabila ditetapkannya sebuah PPN tersebut. 

Tetapi, yang saya lihat banyak masyarakat mampu yang masuk kedalam sekolah negri dan masyarakat bawah bahkan masyarakat ekonomi rendah masuk ke dalam sekolah swasta yang dimana sekolah tersebut terdapat adanya banyak pengeluaran tidak seperti sekolah negri. 

Banyak faktor yang dapat dilihat mengapa kebanyakan masyarakat ekonomi atas kebanyakan masuk kedalam sekolah negri yaitu adanya dukungan keluarga dengan memberikan tambahan belajar dalam bidang formal atau informal sehingga anak tersebut lebih maju dibandingan dengan anak lain dalam hal informasi dan faktor lainnya dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, berprotein tinggi yang akan berdampak pada proses belajar anak tersebut. 

Dibandingkan dengan masyarakat bawah yang tidak memiliki pendapat lebih untuk menambah bimbingan belajar diluar dari sekolah sehingga masyarakat tersebut mengalami keterlambatan dalam hal pengetahuan dan pengalaman. 

Oleh karena itu, apabila sekolah menerapkan sebuah PPN terhadap sekolah menurut saya benar-benar kepada masyarakat yang memiliki ekonomi lebih bukan dilihat dari sekolah negri atau swasta. 

Pendidikan yang bersifat komersial banyak yaitu kebanyakan sekolah swasta, apabila masyarakat bawah yang bersekolah swasta akan mengalami keberatan apabila ditetapkannya PPN.

Kesimpulan dan saran dalam pembahasan ini yaitu perlu adanya sebuah pengamatan secara nyata dengan melihat langsung dan mendata masyarakat yang memiliki ekonomi lebih dan ekonomi yang pas-pasan. Jangan sampai dengan adanya sebuah PPN ini akan membuat angka putus sekolah yang tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun