Mohon tunggu...
Zakiyah Karimalai
Zakiyah Karimalai Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Kesehatan Mental Mahasiswa Melalaui Health Belief Model

21 November 2024   20:59 Diperbarui: 21 November 2024   21:14 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah kesehatan mental di antara mahasiswa, yang termasuk dalam kelompok rentan terhadap gangguan mental, sedang dibahas secara intens. Dengan menerapkan pendekatan kualitatif eksploratif, pentingnya komunikasi kesehatan serta keberadaan tempat yang nyaman bagi mahasiswa untuk berbicara tentang kesehatan mental mereka dijelaskan. Stigma dalam masyarakat sering menghambat orang mencari bantuan, maka partisipasi masyarakat dalam membangun norma yang mendukung pengobatan masalah kesehatan mental sangat esensial. Bantuan sosial dari orang di sekitar bisa mengurangi efek psikologis dan meningkatkan hidup seseorang. Perhatian juga difokuskan pada pendidikan kesehatan mental yang mencakup unsur hiburan dan latihan inokulasi stres, yang bisa meningkatkan kesadaran dan penerimaan masyarakat terhadap topik kesehatan mental. Lebih lanjut, komunikasi yang efisien dan informasi yang tepat sangat penting untuk meningkatkan pemahaman tentang kesehatan dan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental.

Kesehatan mental adalah kondisi yang memengaruhi bagaimana cara seseorang merespons, berinteraksi, dan menangani stres dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini bisa bersifat sementara atau berlangsung lama selama periode waktu yang panjang (kronis). Suatu kondisi kesehatan dianggap sebagai 'gangguan' jika mulai menghambat aktivitas seseorang. Begitu pula, gangguan yang terjadi pada otak akan dianggap mengganggu jika terjadi gangguan pada cara berpikir dan emosi, serta dapat mempengaruhi kehidupannya seperti biasa. Gangguan ini bermula dari yang ringan hingga berat, yang bisa mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalakan kehidupannya.

Isu kesehatan mental di kalangan mahasiswa, yang rentan terhadap gangguan mental, sangat penting dalam kerangka Health Belief Model (HBM). Health Belief Model (HBM) adalah teori perubahan perilaku kesehatan dan model psikologis yang digunakan untuk meramalkan perilaku kesehatan dengan berkonsentrasi pada persepsi dan keyakinan individu tentang suatu penyakit. Model ini berfokus pada keyakinan seseorang mengenai kerentanannya terhadap suatu penyakit, seberapa serius penyakit tersebut, serta seberapa besar manfaat yang dapat diperoleh dari tindakan pencegahan. HBM mengandung beberapa komponen utama, yaitu persepsi tentang kerentanannya terhadap penyakit (perceived susceptibility), tingkat keparahan penyakit (perceived severity), manfaat tindakan pencegahan (perceived benefits), hambatan terhadap tindakan pencegahan (perceived barriers), serta faktor pemicu yang mendorong individu untuk bertindak (cues to action). Selain itu, faktor-faktor seperti keyakinan diri (self-efficacy) juga dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam mengambil tindakan preventif.

Dalam situasi ini, mahasiswa yang menyadari risiko mereka terkena gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan atau depresi, mungkin akan mencari pertolongan jika mereka melihat gangguan tersebut sebagai masalah serius yang mengganggu kehidupan mereka, sesuai dengan aspek perceived susceptibility dan perceived severity dalam HBM. Stigma dalam masyarakat seringkali menghalangi pencarian bantuan yang signifikan, yang merupakan bagian dari hambatan yang dirasakan dalam HBM. Apabila mahasiswa merasa bahwa istilah buruk atau rintangan sosial lebih dominan daripada keuntungan yang diperoleh dari mencari sokongan, mereka akan cenderung menghindarinya. Masyarakat bisa mengurangi stigma dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan mental agar mahasiswa lebih mau mencari bantuan. Pengetahuan yang lebih mendalam tentang kelebihan tindakan pencegahan, seperti dukungan sosial dan komunikasi yang efektif, dapat meningkatkan persepsi manfaat, sehingga mendorong mahasiswa untuk mengambil langkah.

Selain itu, faktor pemicu (cues to action) juga sangan relevan dalam konteks ini. Program pendidikan kesehatan mental yang mengkombinasikan unsur hiburan dan latihan inokulasi stres dapat memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti mencari dukungan atau berkonsultasi dengan konselor. Pada akhirnya, elemen self-efficacy dalam HBM, yang mencerminkan keyakinan individu dalam menangani masalah, memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan mental mahasiswa. Orang-orang yang percaya diri dalam menghadapi masalah kesehatan mental cenderung mencari bantuan dan melakukan langkah-langkah pencegahan, sebagaimana yang dijelaskan dalam model tersebut.

Referensi:

Constantin, N.A., Rawis, D., Setijadi, N.N. (2023). KOMUNIKASI KESEHATAN MENTAL PADA MAHASISWA DAN PERAN MASYARAKAT MENANGGAPI ISU KESEHATAN MENTAL. Jurnal Cahaya Mandalika (JCM) 3(2)

Berhimpong, M.J.A., Rattu, A.J.M., Pertiwi, J.M. (2020). Analisis Implementasi Aktivitas Fisik Berdasarkan Health Belief Model oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas. Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine 1(4)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun