BAPAK TUA SI PEDAGANG BUAH
Setiap pagi hari, Dimana setiap orang sibuk dengan segala aktivitasnya masing – masing, ada yang akan berangkat menuju tempat pekerjaannya ada yang mau berangkat ke sekolah atau kekampus untuk kuliah dan ada juga yang sudah siap bekerja di kantor masing – masing.
Ditengah – tengah kesibukan itu semua ada seorang Bapak tua si pedagang buah bernama Pak Tono yang setiap pagi hari selalu terlihat dengan penuh semangat dan tidak kenal lelah memanggul bakul buahnya untuk di tawarkan ke setiap orang yang melewatinya.
Kalau dilihat dari fisiknya Pak Tono itu sudah tidak sempurna kalau sedang berjalan kaki, tetapi karena keharusan untuk mencari nafkah dia lakukan itu semua dengan penuh semangat dan pantang menyerah.
Suatu pagi seorang anak muda bernama Andre melihat Pak Tono sedang duduk untuk melepas lelahnya di gang pepaya, Depok. Sambil duduk Pak Tono minum dan mengeluarkan plastik kresek yang sudah berisi makanan untuk sarapan. Dengan badan masih berkeringat pak Sarno mulai makan di tempat itu dan buah dagangannya tetap berada di sampingnya, Saat Andre lewat Pak Tono menegur dengan sangat ramah dan berkata “ Mari sarapan dek “ Andre pun membalas dengan senyum yang ramah dan tutur kata yang sangat sopam “ Mari Pak silahkan “.
Hampir setiap hari Pak Tono selalu istirahat di gang pepaya tersebut untuk melepas lelah dan sarapan, karena memang rumah Pak Sarno berada di belakang stasiun UI.
Suatu saat Pak Tono terlihat sedang berada di pinggiran jalan Margonda berdiri dengan memegang bambu yang digunakan untuk mengangkat bakul buahnya. Kelihatan Pak Tono ingin menyeberang jalan untuk menjual buah – buah dangannya kembali, Andre yang tadinya biasa lewat gang itu melihat Pak Tono berdiri sambil melihat orang lewat dengan wajah memang ingin meminta pertolongan. Dengan ramah Andre menawarkan “ Mau menyeberang Pak? “ dan Pak Tono pun menjawab “ Iya dek “ maka dengan penuh ketulusan Andre menolong Pak Tono untuk menyeberang dengan memanggul bakul buah punya Pak Tono ke seberang jalan karena memang langkah Pak Tono berjalan sudah pincang dan tidak menggunakan alas kaki.
Beberapa hari kemudian Andre mendapatkan Pak Tono menunggu di pinggir jalan Margonda itu untuk menyeberang dan dengan ramah dan tulus Andi membantu Pak Tono untuk menyebarang.
Kejadian seperti itu sering di lakukan oleh Andre kalau melihat Pak Tono, Suatu saat Andre pernah bertanya ke Pak Tono tentang keluarganya dan ternyata Pak Tono di rumah masih mempunyai 3 orang anak yang masih beranjak remaja dan butuh banyak biaya untuk bersekolah dan juga untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari sedangkan istri Pak Tono hanya bekerja sebagai penyapu jalan.
Dari cerita di atas dapat kita lihat bahwa masih sangat banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak mempunyai fisik yang baik untuk mencari nafkah untuk terus hidup.
Mungkin masih banyak juga di luar sana yang nasibnya tidak lebih baik dari Pak Tono. Marilah kita selalu menyucap syukur untuk apa yang kita punya sekarang karena banyak orang – orang diluar sana yang mempunyai nasib tidak seperti kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H