Baru-baru ini, menteri pendidikan pak Nadiem Makarim menyampaikan jika Kemendikbud-Ristek sudah tidak mewajibkan Skripsi.
Meskipun sudah tidak diwajibkan, pihak kampus tetap diberi kewenangan  untuk menentukan syarat kelulusan mahasiswa. Jadi, jika ingin tetap mewajibkan skripsi boleh-boleh saja. Namun jika sudah tidak diwajibkan, maka harus mencari alternatif syarat kelulusan lainnya.
Sebagaimana sebuah kebijakan, tidak diwajibkannya skripsi juga menuai pro dan kontra. Pihak yang kontra menilai, tidak diwajibkannya skripsi dapat menurunkan kualitas lulusan. Sedangkan pihak yang pro menilai, tidak diwajibkannya skripsi adalah solusi yang tepat untuk mengurangi beban tugas mahasiswa. Misalnya, mahasiswa bisa lulus lebih cepat. Karena, skripsi ini, disebut sebagai penghambat mahasiswa cepat lulus kuliah. Â
Tapi, apakah benar skripsi menjadi penghambat mahasiswa cepat lulus? Berdasarkan pengalaman saya mengerjakan skripsi, tentu saya mempunyai pandangan lain.
Skripsi adalah Motivator Saya Cepat Lulus Kuliah
Bagi saya, skripsi bukan penghambat kelulusan. Justru skripsi adalah motivasi saya untuk cepat-cepat lulus. Kalau lulusnya cepat, bayar kuliah jadi lebih sedikit dan murah. Meskipun hak istimewa sebagai mahasiswa harus dicabut.
Misalnya dapat promo makanan, promo sewa motor, ikut seminar gratis tapi dapat pesangon, dan dapat akses ke perpustakaan kampus tanpa batas.
Dengan adanya skripsi, saya mendorong diri saya, pikiran saya, dan jiwa saya untuk cepat-cepat menyelesaikannya. Karena bergelut dengan skripsi itu sangat tidak nyaman. Mau nonton di bioskon, tidak tenang. Mau jalan-jalan, kepikiran skripsi. Mau liburan, juga kepikiran. Bahkan, mau nikah pun tetap kepikiran skripsi. Jadi, solusi agar bahagia menjalani hari-hari terahir sebagai mahasiswa, adalah menyelasaikan skripsi dengan cepat.
Skripsi adalah beban mahasiswa memang benar adanya. Meskipun kita sangat mencintai topik skripsi yang kita pilih, tetap saja skripsi itu terasa berat. Karena terasa berat itu lah, justru saya ingin cepat menyelesaikannya. Dan karena itu lah, saya menyebut skripsi sebagai motivator terkuat untuk cepat lulus kuliah.
Jadi, jika skripsi ini tidak diwajibkan kampus, saya akan kehilangan motivator untuk cepat lulus kuliah. Kecuali diganti dengan syarat kelulusan lainnya yang lebih berat. Misalnya harus menerbitkan buku dan harus menjadi buku best seller.
Sekali lagi, meskipun skripsi dinilai memberatkan mahasiswa, tapi bagi saya mengerjakan skripsi mempunyai manfaat yang cukup banyak. Diantaranya, saya jadi lebih faham keilmuan jurusan kuliah saya, lebih faham tahapan-tahapan penelitian, cara menggali data, cara mendekati informan, dan melatih diri untuk giat menulis.