Jumlah Lulusan Pendidikan Dokter Gigi di Indonesia terbilang tidak cukup banyak per November 2024. Menurut data Konsil Kedokteran Indonesia jumlah dokter gigi spesialis hanya ada 5.643 orang. Angka ini hanya 2% dari jumlah keseluruhan dokter yang teregistrasi di Indonesia. Sementara itu menurut PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia), jumlah Pendidikan Dokter Gigi di Indonesia hanya 4.595 orang. Jumlah dokter gigi dan dokter gigi spesialis tersebut masih kurang apalagi untuk mengatasi berbagai masalah gigi dan mulut yang cukup meluas dan mengkhawatirkan di kalangan Masyarakat Indonesia.
Masalah utama mayoritas Masyarakat Indonesia adalah karies atau gigi berlubang. Hal ini bisa terjadi dikarenakan jarangnya kesadaran Masyarakat untuk menggosok gigi dengan cara dan di waktu yang tepat. “Hanya 2,8 persen masyarakat yang telah menggosok gigi dengan benar dan dilakukan setridaknya dua kali sehari di waktu sebelum tidur dan sesudah sarapan,” jelas Head of Profesional Marketing Personal Care Unilever Indonesia, drg. Ratu Mirah Afifah, dalam peringatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2023.
Mengetahui seberapa besar masalah tersebut, peran dokter gigi menjadi urgensi paling utama dalam Kesehatan gigi dan mulut untuk sekarang. Dokter gigi tidak hanya sebatas mengatasi masalah bau mulut dan tersampingkan karena adanya dokter umum. Penanganan dan batas medis antara dokter gigi dan dokter umum tentunya berbeda. Keberadaan dokter gigi lebih mengabdi pada masalah mulut dan gigi seperti karies, pemasangan behel, penambalan gigi berlubang, pemutihan gigi, PSA (Perawatan Saluran Akar), implant gigi dan gigi palsu, mencabut gigi mati, meninjau sinar-X serta melakukan diagnostic dan tugas dokter gigi lain.
Kesehatan gigi dan mulut Masyarakat Indonesia yang terbilang cukup rendah ini dikarenakan kasus paling banyak adalah makanan dan minuman manis yang mengandung glukosa berlebih. Menurut Data Pusat Badan Statistik, Konsumsi gula tertinggi terjadi pada tahun 2021 dengan jumlah konsumsi sebesar 6.660.000 Ton dan konsumsi gula terendah terjadi pada tahun 2020 dengan jumlah konsumsi sebesar 6.130.000 Ton atau menurun 3,9%. Di tahun selanjutnya, perkembangan konsumsi gula mulai berangsur meningkat rata-rata sebesar 1.9% /tahun.
Untuk meredakan masalah Kesehatan gigi dan mulut yang kian mengkhawatirkan, harus ada penekanan dan kesadaran Masyarakat Indonesia dalam mengatur konsumsi gula dalam setiap harinya. Tak hanya itu, harus ada pelayanan dokter gigi ke Masyarakat atau Masyarakat harus rutin 6 bulan sekali ke dokter gigi untuk mendapatkan pelayanan tersebut mengenai masalah gigi dan mulut. Dengan demikian, berbagai masalah bisa menurun.
Seberapa Penting Dokter Gigi?
Peran Dokter jika dibahas sepanjang masa tidak akan ada habisnya. Dokter Umum dan Dokter Gigi dapat saling bersinergi dan bersatu dalam keberagaman penyakit yang dialami pasien untuk mengatasi berbagai masalah dalam ranah kesehatan Masyarakat. Menurut WHO, penyebab kematian tertinggi di dunia adalah penyakit jantung iskemik, yang mencapai 13% dari total kematian di dunia. Tercatat sejak tahun 2000 hingga tahun 2021 terjadi peningkatan kematian karena penyakit ini, yakni dari sebesar 2,7 juta menjadi 9,1 juta kematian pada tahun 2021.
Sedangkan menurut Kemenkes, Gusi bengkak dan atau keluar bisul (abses) dalam jumlah yang cukup tinggi (14%) dalam prevalensi paling banyak diderita masyarakat Indonesia. Tercatat sejak tahun 2018 hingga menjelang wabah covid-19, prevalensi tersebut semakin tinggi bersamaan dengan gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%). Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran masyarakat apabila keluar rumah dalam pandemi untuk menuju layanan kesehatan dokter gigi.
Masalah ini dapat diselesaikan apabila layanan teledentistry semakin dikembangkan lagi lebih jauh apalagi untuk masa pandemi covid-19 karena pembatasan akses kerumunan masyarakat. Oleh karenanya, layanan kesehatan harus memadai dengan jumlah dokter gigi yang tersebar di indonesia.
Kualitas Dokter Gigi Juga Penting
Quality Over Quantity nampaknya sudah tidak asing untuk saat ini. Mahasiswa lulusan universitas harus lebih digiatkan lagi dalam proses seleksi masuk tahap selanjutnya. Tak heran jika dalam proses SNBP, SNBT, dan Mandiri juga nampak sangat ketat karena kualitas dokter gigi di masa prospek yang akan datang harus lebih baik lagi.
Menjadi Dokter gigi juga tidak hanya mempelajari gigi manusia tetapi juga pengabdian ke masyarakat melalui pelayanan kesehatan. Jika kualitas semakin membaik meski jumlahnya sedikit, maka akan bisa menunjang kesehatan gigi dan mulut itu sendiri. Pemerintah juga seharusnya memberikan dukungan lebih pada dokter gigi di seluruh indonesia dalam meningkatkan kualitasnya.