Mohon tunggu...
Fadhlan Zakiri
Fadhlan Zakiri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pelajar yang menggali ilmu di dunia yang penuh dengan ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persahabatan dalam Kurungan Era Globalisasi

21 Agustus 2014   23:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:55 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_354399" align="aligncenter" width="426" caption="Salah satu kegiatan yang Saya suka saat bersama sahabat adalah Travelling. Dan ini adalah salah satu foto kami saat berada di Singapura"]
[/caption]

Banyak orang mengatakan bahwa kita harus selalu mempererat tali silaturahmi dalam hubungan antar sesama manusia, dan salah satu dari hubungan itu adalah sebuah hubungan yang sangat luar biasa dalam kehidupan sehari-hari, atau bisa kita katakan sebagai sebuah “Persahabatan”. Dalam kehidupan, persahabatan sering kali dikaitkan sebagai salah satu hubungan vital dalam sebuah silaturahmi. Bisa dikatakan demikian, karena tidak semua orang bisa memiliki sahabat. Entah karena apapun, seseorang bisa saja tidak memiliki sahabat. Bagi kita yang bisa memiliki sahabat, ada baiknya kita bersyukur kepada yang Maha Kuasa, karena seorang sahabat adalah suatu pemberian Tuhan yang bisa dibilang “Mudah didapat, mudah pula untuk pergi”. Istilah ini mungkin hanya beberapa orang saja yang menganggap bahwa sahabat adalah seseorang yang nantinya akan sangat berpengaruh pada kehidupan. Ada yang bersahabat untuk sharing masalah, belajar bersama, chatting, dan bercanda. Dan ada pula bersahabat karena hanya sebagai gengsi semata.

Di Indonesia, tempat dimana kultur budaya bersatu padu, pastilah kita sudah menemukan orang-orang dari berbagai daerah, adat, hingga tabiat-tabiat yang unik. Tentu kita sebagai warga negara Indonesia harus menyikapi ini sebagai salah satu hal yang akan kita hadapi. Apalagi, tak lama lagi kita akan menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN Tahun 2015, yang mana tidak hanya orang Indonesia saja yang akan kita hadapi, melainkan kita juga akan menghadapi orang-orang yang berasal dari negara-negara ASEAN. Saat itulah persaingan kompetensi dalam kegiatan ekonomi akan semakin ketat.

Lalu apa kaitannya dengan satu hal yang bernama Persahabatan? Dalam hal ini, kita akan menghadapi orang-orang yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Dan jika Anda membaca artikel ini, mungkin Anda akan bertanya-tanya mengapa Saya mengaitkan Persahabatan dengan Ekonomi, yang secara memang tidak ada kaitannya sama sekali. Namun bila kita telusuri lebih lanjut, Persahabatan dalam sebuah lingkungan ekonomi bisa membawa untung, atau membawa rugi. Ini juga berlaku dalam lingkungan sehari-hari. Kita sebagai manusia yang sehat akal pikiran, masih memiliki kesempatan untuk memilih. Menjadi yang terbaik lewat jalur-jalur yang aman secara hukum maupun keluarga, atau lewat jalur lain dengan macam-macam perspektif orang lain. Banyak kasus-kasus yang mendera remaja Indonesia, di zaman globalisasi ini. Mulai dari bullying, hingga kasus-kasus yang menyeret anak-anak ke ranah hukum, yang mana menurut cukup serius dan sedikit sensitif bagi anak zaman sekarang. Dari sini, seorang sahabat memiliki sebuah peran untuk membawa kita kepada yang terbaik, atau yang terburuk. Dalam persahabatan, kita selalu akan dihadapkan oleh dua pilihan. Mudah atau sulit, manis atau pahit, dan baik atau buruk. Dari kedua pilihan itu juga, akan membawa kita menjadi seseorang yang akan sukses kedepannya. Namun satu hal yang perlu kita ingat, bahwa yang manis bisa saja akan menjadi pahit, yang mudah bisa saja akan menjadi sulit, dan yang menurut kita baik, entah mengapa secara tidak sadar akan membawa kita menjadi buruk.

[caption id="attachment_354400" align="aligncenter" width="337" caption="Sampai saat ini, Saya belum pernah menemukan hubungan persahabatan yang sangat kuat, seperti yang mereka miliki. "]

1408611715457808470
1408611715457808470
[/caption]

Sudah beberapa kali Saya menghadapi hal-hal yang demikian. Bagi Saya, hal ini adalah hal biasa. Tak perlu selalu dramatis untuk menghadapinya. Dengan kekuatan hati, pasti kita akan mengetahui mana yang akan membawa kita menjadi yang terbaik. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Itulah peribahasa yang selalu terbukti dalam kehidupan yang berliku-liku. Bagi Saya, tak apa merasakan pahit terlebih dahulu, karena saya percaya bahwa suatu saat Saya akan merasakan gula yang termanis dari yang termanis di dunia ini. Tentu sahabat juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi lika-liku kehidupan. Berbagi ilmu yang baik, tidak ada salahnya bukan?

Namun ada hal-hal yang seakan membuat Saya goyah dalam menjalankan persahabatan ini. Misalkan, sahabat Saya memiliki seorang sahabat yang entah mengapa menurut perspektif Saya akan membawa sahabat saya ke dalam jurang yang berbahaya untuknya. Dan parahnya sahabat Saya justru tidak mau mendengarkan advice dari Saya pribadi. Jujur Saya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, karena bagi Saya tali persahabatan yang dimiliki seorang sahabat, adalah hal pribadi, dan Saya juga tahu bahwa agaknya tidak patut seseorang mencampuri kehidupan pribadi orang lain secara gamblang dan dalam. Namun bila Saya biarkan, malah membuat Saya lebih khawatir. Ya daripada hubungan menjadi lebih buruk, lebih baik Saya biarkan saja, dan mendoakan yang terbaik untuknya. Contoh di atas hanya seberapa dari kasus-kasus lain yang berkaitan dengan persahabatan. Saya percaya bahwa dari sebagian pembaca memiliki hal-hal yang lebih besar daripada yang saya tuliskan di halaman ini.

[caption id="attachment_354402" align="aligncenter" width="328" caption="Kadang jalinan persahabatan dapat dimulai dari kejadian apapun. Namun yang pasti, jangan kalian lepas lagi hubungan itu."]

14086120181447242904
14086120181447242904
[/caption]

Kadang kuat, kadang lemah. Sebuah tali persahabatan akan selalu berubah, tergantung bagaimana kita menjaganya. Tak banyak orang yang bisa bersahabat hingga akhir hayat mereka. Terkadang kasus sepele bisa memutuskan hubungan persahabatan, dan tak jarang yang malah tidak memiliki kesempatan untuk kembali menjalin tali silaturahmi.

Oleh karena itulah, dari sekian banyak  pengaruh dan tren gaya yang mendatangi anak negeri, mulailah peran seorang sahabat mulai diperlukan. Dalam keadaan mudah maupun sulit, terkadang sahabat akan memberikan saran-saran yang kemungkinan akan kita perlukan dalam menghadapi masalah. Jangan kita biarkan sahabat kita pergi hanya karena masalah sepele. Bila ada masalah, segeralah selesaikan agar masalah tidak akan bertambah rumit nantinya. Karena yang mengetahui sifat dan tabiat sahabat kalian hanyalah kalian sendiri, dan kalianlah yang memiliki trik dan resep untuk menghadapi segala lika-liku yang mengganggu tali persahabatan kalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun