Di tengah hiruk-pikuk kehidupan pedesaan, sebuah UMKM di Desa Polokarto, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah telah menjadi motor penggerak ekonomi lokal melalui usaha yang terbilang unik: budidaya ulat balap dan ulat hongkong. UMKM "Ragil Balap" milik Pak Suradi ini telah berdiri sejak tahun 2009, menandai perjalanan 15 tahun dalam mengembangkan usaha yang tidak biasa namun memiliki potensi besar.
Setiap harinya, "Ragil Balap" mampu memproduksi rata-rata 350 kg atau setara dengan 3,5 kuintal ulat. Produksi yang konsisten ini tidak hanya menunjukkan keberhasilan dalam budidaya, tetapi juga mencerminkan permintaan pasar yang stabil terhadap komoditas ini.
Mas Edi, salah satu karyawan yang diwawancarai, menjelaskan keunikan produk mereka, "Keunggulan dari Ulat Hongkong adalah memberikan kehangatan yang lebih pada burung, sedangkan Ulat Balap lebih baik dikonsumsi sehari-hari bagi burung." Pernyataan ini menggambarkan bahwa setiap jenis ulat memiliki nilai dan fungsi tersendiri dalam rantai pakan ternak.
UMKM ini tidak hanya berkontribusi pada ekonomi melalui produksi, tetapi juga melalui penyerapan tenaga kerja. Beberapa warga lokal telah mendapatkan pekerjaan di berbagai bidang, mulai dari pembuatan pakan, perawatan perkembangbiakan ulat, hingga pemasaran. Hal ini menunjukkan bagaimana sebuah usaha mikro dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.
Dalam rangka mendukung pengembangan UMKM ini, program KKN Universitas Negeri Semarang (UNNES) dengan tema Pancasila telah melakukan pendampingan. Fokus pendampingan meliputi:
1. Optimalisasi proses produksi untuk meningkatkan hasil budidaya.
2. Pengembangan strategi pemasaran untuk memperluas jangkauan distribusi.
3. Penerapan prinsip-prinsip Pancasila dalam pengelolaan usaha, terutama dalam aspek keadilan sosial dan gotong royong.
4. Aspek legalitas usaha, khususnya dalam pendaftaran Nomor Induk Berusaha (NIB)
Melalui pendampingan ini, diharapkan "Ragil Balap" dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Desa Polokarto. Usaha ini menjadi bukti nyata bagaimana inovasi dalam bidang pertanian dan peternakan dapat menjadi penggerak ekonomi lokal yang signifikan.
Pak Suradi, pemilik "Ragil Balap", menyampaikan apresiasinya terhadap program pendampingan ini. "Dengan adanya bantuan dari mahasiswa KKN UNNES, kami mendapatkan wawasan baru dalam mengelola usaha. Kami juga semakin yakin bahwa usaha ini bukan hanya untuk keuntungan pribadi, tapi juga untuk kesejahteraan masyarakat desa," ujarnya.
Keberhasilan UMKM "Ragil Balap" dan program pendampingan ini menunjukkan bahwa dengan kreativitas, kerja keras, dan dukungan yang tepat, usaha mikro di pedesaan dapat menjadi katalis perubahan ekonomi yang positif. Ini juga menjadi contoh nyata bagaimana prinsip-prinsip Pancasila dapat diimplementasikan dalam konteks pembangunan ekonomi lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H