Mohon tunggu...
Zaki Nabiha
Zaki Nabiha Mohon Tunggu... Administrasi - Suka membaca

Karena suka membaca, kadang-kadang lupa menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Socialist Football" dalam Pertanian

16 September 2017   00:13 Diperbarui: 16 September 2017   01:07 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : http://www.planetadofutebol.com/

Era 1950 -- 1956 adalah masa kejayaan sepak bola Hungaria. Melalui tangan dingin Gustav Sebes, Timnas Hungaria diracik menjadi tim yang digdaya baik secara personal sebagai pemain maupun sebagai tim. Pemain diberikan keleluasaan mengartikulasikan kemampuan tanpa menggerus kekompakan kesebelasan dalam menyerang ataupun bertahan. Pendek kata, out put Gustav Sebes terukur, setiap pemain memiliki kualitas kemampuan merata sesuai dengan perannya. Maka tak heran jika beberapa pemain bisa saling berganti posisi. 

Gaya bermain sepak bola ala Gustav Sebes ini kemudian dikenal dengan Socialist Football, yang sekarang lebih akrab ditelinga dengan istilah Total Football. Gaya ini kemudian dimodernisasi oleh Johan Cruyff. Cruyff yang berideologi sepak bola menyerang, menyajikan sepak bola menjadi cabang olah raga yang menghibur. Tontonan yang menarik bagi semua kalangan. Bak teater, Total Football mampu mengaduk-aduk emosi penonoton melalui pola serangan yang aktraktif. Operan bola pendek dari kaki ke kaki yang menguras kesabaran. Dan ketangguhan benteng pertahanan yang membuat dada deg-degan. Eksperimentasi Cruyff tersebut dapat kita lihat dari mengkilapnya prestasi Ajax dan Barcelona baik di kompetisi domestik, regional maupun dunia. Evolusi dalam sepak bola telah melalui tahapan demi tahapannya.

Evolusi yang terjadi di lapangan hijau dimungkinkan juga bisa diterapkan dalam dunia pertanian. Sebagai salah satu pilar ketahananan bangsa, posisi pertanian sangat signifikan walaupun penataan dan pengelolaannya kompleks, melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, konduktor yang memimpin orkestra besar pertanian ini ditiuntut untuk mencipta simphoni yang merdu sehingga terdengar di telinga dengan nyaman.

Maka, mau tidak mau, pemerintah harus berperan lebih akif. Mendorong dan menggerakkan stakeholder sehingga terbentuk sebuah sistem pertanian yang integratif dalam pembangunan dan pemenuhan pangan nasional. Sehingga tidak ada kontradiksi antara cita-cita luhur, mengentaskan kemiskinan dengan upaya memacu pertumbuhan ekonomi tinggi. 

Upaya Kementerian Pertanian, sebagai leading sector dalam mewujudkan ketahanan pangan, telah bekerja sama dengan TNI dalam program cetak sawah, Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai, bersama dengan Polri, KPPU, Kemendag dalam Satgas Pangan dan bentuk-bentuk kerja sama dengan Kementerian/Lembaga lainnya membuktikan bahwa urusan pangan menjadi prioritas negara. 

Amartya Sen, dalam Food and Freedom, menjelaskan bahwa ketahanan pangan memiliki peran ganda, yaitu sebagai salah satu sasaran utama pembangunan dan salah satu instrumen utama (tujuan antara) pembangunan ekonomi. Karenanya, bagi negara berkembang, termasuk Indonesia, ketahanan pangan merupakan salah satu isu strategis. Dan isu ini pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 pemerintahan Jokowi-JK, dijadikan salah satu pembangunan sektor unggulan. 

Sumber : Bappenas
Sumber : Bappenas
Dalam laporan Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019, BAPPENAS menyampaikan bahwa jika dibandingkan dengan target RPJMN 2015-2019, capaian produksi padi selama 2014-2016 memperlihatkan tren meningkat setiap tahun. Keberhasilan capaian produksi padi di tahun 2015 dipengaruhi oleh peningkatan luas panen hingga 319 ribu ha dan meningkatnya produktivitas sebesar 2,06 kuintal/hektar (ku/ha); sedangkan di tahun 2016 peningkatan produksi padi dipengaruhi oleh peningkatan luas panen yang cukup tinggi, seluas 919 ribu ha, sebagai hasil dari kegiatan UPSUS.

Capaian ini tentu masih jauh dari harapan tapi walaupun demikian hal ini setidaknya menjadi bukti keseriusan Kementan untuk memenuhi kebutuhan pangan bangsanya melalui tangannya sendiri. Maka, totalitas sinergi dan kerja sama tentu harus ditingkatkan lagi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun