Apa yang diurai oleh Haidar Bagir dalam bukunya "Manifesto Islam Cinta" cukup memberi kita kedewasan dalam memahami dan mengenal Islam lebih dewasa. Pasalnya uraian yang ditulis cukup menampakkan bahwa Islam secara komprehensif, begitu fleksibel dan universal. Tidak seperti kecendrungan orang-orang yang memahami Islam secara intrusif.
Dalam bukunya, dengan berani, memberi pandangan dan kritikan kepada sekolompok orang Islam yang sering mendebati hal-hal yang tampak berasal dari argumentasi-argumentasi yang kaku dan seolah Islam sebegitu sempitnya untuk dipahami.
Dengan judul pembahasan "Islam Minimalis dan Islam Maksimalis," dirinya menampakkan bahwasanya hubungan silaturahmi sangat mungkin ditanggalkan lantaran beda pandangan dalam memahami sesuatu. Semisal sains dan teknologi dianggap tidak islami dan perlu di islamisasi, ukuran kerudung yang menutup aurat masih diurusi dan diperdebatkan, kritik terhadap tradisionalis bahkan arah jarum jam yang harus dibalik searah dengna putaran thawaf. Tak jarang membid'ahkan, memunafikkan hingga mengkafirkan.
Sejatinya Islam, tidakkah diturunkan Islam atas dasar belas kasih? Kenapa kita tidak berkonsentrasi pada kesadaran itu?
"Dan tak kami utus engkau (Muhammad) kecuali untuk menebar belas kasih (rahmat) bagi semesta alam" QS 21: 107
Bukankah ibadah yang luarbiasa adalah memasukkan rasa bahagia di hati sesama? Seperti Firman Allah SWT kepada Nabi Musa a.s "Satu-satunya ibadahmu buat-Ku adalah membahagiakan orang yang patah hatinya"
Daripada meributkan sains, pengetahuan, politik teknologi dan lain sebagainya, mengapa tidak dibiarkan variabel itu diurusi oleh orang-orang punya expertise di bidangnya masing-masing?
Segalanya harus diributkan, walau dasarnya bukan urusan kita. Masing-masing bidang biarlah mereka yang punya expertise. Agama mengurusi hal etika dan moralnya saja, tak mesti menggiring ke hal-hal yang sifatnya ekstrem.
Khawatirnya, karena kecenderungan larut dalam mengurusi hal-hal yang semestinya tak diurusi, sibuk menyalahkan sana-sini, meyempitkan keluwesan Islam, sampai lupa bahwa Islam mesti dijalankan dengan belas kasih dan akhlak mumpuni.
Pun dengan kondisi majunya perkembangan zaman dan segala hal didalamnya. Mestinya sebagai penganut agama Islam mampu menerima itu.
Nurcholis Madjid dalam tulisannya tentang Modernisasi ialah Rasionalisasi bukan Westernisasi mengatakan jika Islam itu way of life sederhananya peniliaian terhadap kemajuan zaman mesti juga disadari dan diterima serta di letakkan pada kesadaran  yang berorientasi pada nilai-nilai Islam.
Melibatkan konsentrasi akal dalam menelaah segala sesautu diperlukan, sepanjang itu dapat memberi kebaikan bagi diri kita, kesejahteraan kitan dan orang lain.
Artinya kemajuan peradaban bukan sesuatu yang tertolak, melainkan perlu pengarahan yang kiranya dapat memberi manfaat bagi diri dan banyak orang orang. Yang pastinya sejalan dengan rel-rel agama Islam.
Jalan Islam selalu damai harusnya, segala hal yang terjadi di dunia, sepanjang tidak merusak Islam sendiri, haruslah dapat diterima.
Islam adalah agama yang mudah dan tidak bertujuan menyulitkan manusia.
"Dan dia sekali-sekali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama satu kesempitan" Q.S 22 : 78
"Allah menghendaki bagi kamu kemudahan dan dia tidak menghendaki kamu kesulitan," Q.S 2: 185
Allah selaku pemilik alam semesta tak memberi kesulitan dan kesusahan bagi setiap manusia. Rasanya kita perlu menyadari itu sebagai manusia yang fana dengan kebenaran yang tidak mutlak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI