Mohon tunggu...
Moderasi Info
Moderasi Info Mohon Tunggu... Penulis - Mari bernalar liar memenjarakan fikiran adalah awal mula kemunduran peradaban

Mari bernalar liar memenjarakan fikiran adalah awal mula kemunduran peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Berputus Asa Karena Ketinggalan

11 September 2022   16:18 Diperbarui: 11 September 2022   16:20 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namaku Muhammad sale, bisa panggilan saleh, dan Saya tammat MAPK di PP Al risalah batetangnga yang ada di Polman. Sebelum saya mondok di Al Risala saya sempat menganggur setelah tamat SMP. 

Saya mondok setelah ibu saya datang dari Malaysia, setelah pengangguran 1 tahun. Waktu pertama kali aku menginjakkan telapak kakiku di pondok pesantren, perasaan tidak pantas yang timbul di dalam diri saya, karena saya asalnya dari seorang pengangguran yang tak punya pekerjaan,dibanding dengan mereka yang sudah lama mondok.

Lalu aku di bawah ibu saya koperasi pondok, untuk mengambil perlengkapan semacam peci, baju seragam, dan lain lain. 

Setelah 2 hari sudah berlalu aku kabur dari pondok, berjalan sekitar 1 kg lebih untuk menempuh jalan raya menunggu angkot, untuk pulang kerumah.

Setelah aku sampai dirumah,ku mengucapkan salam kepada ibu,dan ibu pun menjawab dan berkata "kenapa kamu pulang?,belum cukup seminggu udah pulang kerumah", "tidak kuat menghafal" kataku. Dan aku pun disuruh untuk pulang ke pondok keesokan harinya. 

Seminggu sudah berlalu di pondok dengan mengikuti kegiatan siang dan malam menghafalkan shorof,dan hafalan ku pun tak kunjung tuntas untuk disetor ke ustadz, besok hari. 

Lonceng subuh pun mulai berbunyi membangunkan para santri untuk sholat tahajud. Kubangun mempersiapkan kitabku lalu berangkat ke mushola untuk melanjutkan hafalan sesudah sholat tahajud, karena ada waktu kosong sekitaran 20 menit sebelum masuk waktu sholat subuh. Belum lama ku menghafal, akupun tertidur dengan posisi duduk kitab di tanganku. 

Waktu subuh pun sudah berlalu, dan hafal tak kunjung selesai sesuai target nya, dan bel masuk kelas pun sudah berbunyi, dan ku beranjak ke kelas bersama teman sekelas ku yang bernama Adi Iswandi, dan Andri. 

Setelah ku sampai di depan kelas rasa takut mulai menyelimuti, dikarenakan hafalan yang tidak selesai. Waktu pun telah tiba, ustadz pun masuk ke kelas mengucapkan salam dan santri pun menjawab dan membaca doa sebelum belajar, satu persatu teman kelas ku ditunjuk untuk maju menyetor hafalan nya, dan tiba juga giliranku untuk menyetorhafalan, rasa grogi, takut ,dan was was sudah mengelilingi ku 

"Maaf ustad hafalan saya Tidak cukup" kataku , "tidak apah, hafalkan saja yang kamu bisa" ucap ustadz ku dan ketakutan pun mulai hilang dan setoran untuk hari itu sudah selesai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun