2. Kampanye Hitam
Kampanye hitam merupakan sebuah usaha untuk mempertanyakan atau merusak reputasi seseorang dengan cara mengeluarkan propaganda negatif. Adanya tren kampanye politik di media sosial membuat oknum pembuat kampanye hitam pun beralih ke media sosial. Kampanye hitam ini sering juga disebut dengan black campaign.Contoh kampanye hitam pada Pilkada Jawa Barat, akun Twitter @Sepupudetektif membuat tweet yang mengatakan bahwa calon wakil gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum berpotensi akan korupsi karena memiliki istri empat. Selain akun tersebut, masih banyak akun yang menjelek-jelekkan kandidat agar tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat. Kampanye hitam di media sosial lebih mudah tersebar dan bisa mempengaruhi pengguna media sosial lain. Di tambah jika postingan tersebut membuka kolom komentar, kemungkinan terjadi kericuhan karena pembelaan pendukung dari pihak yang dijelek-jelekkan.
3. Regulasi Belum Memadai
Peraturan-peraturan terhadap kampanye politik di media sosial masih banyak kurangnya. Meskipun diawasi oleh bawaslu dan Kominfo, masih banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh oknum-oknum yang sering membuat ricuh, provokasi, hingga perpecahan antar pendukung. Pihak yang berkepentingan hanya memanfaatkan tren kampanye politik di media sosial untuk mendapatkan keuntungan saja, tidak peduli jika cara yang digunakan memiliki dampak buruk yang bahkan sangat serius. Sedangkan, pemerintah belum benar-benar memberikan regulasi yang memadai untuk kampanye di media sosial. Tren kampanye politik di media sosial memang memiliki kelebihan dan kekurangan di saat yang bersamaan. Namun, penyebaran hoaks, kampanye hitam dan sejenis hal seperti itu bisa ditekan jika masyarakat Indonesia lebih cerdas lagi ketika menerima sebuah informasi negatif di media sosial saat kampanye.
Kesimpulannya :Â
Kelebihan media sosial yang memberikan pengaruh baik terhadap keberhasilan pemilu yang membuat tren kampanye politik di Indonesia. Banyak politisi dan partai politik yang merasakan pengaruh baik dari hasil kampanye di media sosial, dan juga Kekurangan tren kampanye politik di media sosial sering menyebabkan kegaduhan di dunia maya itu sendiri. Contohnya ketika dua kubu pendukung saling menjatuhkan karena berita hoaks yang sangat mudah menyebar dan dipercayai.
Artikel ini ditulis oleh :Â
Mochammad Zaki Mubarok mahasiswa FISIP Ilmu Komunikasi Universitas Satya Negara IndonesiaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H