Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengubah Pola Pikir Guru di Abad 21

27 Agustus 2017   07:59 Diperbarui: 27 Agustus 2017   14:40 6099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa depan siswa abad ini adalah masa di mana siswa harus memiliki empat keterampilan pokok. Keterampilan itu yang dapat membuat siswa bertahan hidup di masa depan. Keterampilan itu adalah yang disingkat 4K: (1) kritis (berpikir kritis), (2) kreatif, (3) kolaboratif, (4) komunikatif. Keempat ini sebenarnya berujung pada individu yang produktif dan inovatif. Mereka dengan keterampilan ini akan mampu memproduk sebuah hasil pengetahuannya. Bukan hanya sebagai individu yang hanya "tahu" namun mereka yang mampu mengaktualisasikan ilmu pengetahuannya dalam produk yang bermanfaat bagi kehidupan.

Bila ini terjadi, maka sifat konsumerism dapat dihindari. Kita akui bahwa bangsa kita memiliki tingkat konsumerism tinggi dan hampir menjadi sasaran empuk dari negara produktif. Kita hanya menggunakan produk orang lain, bukan menggunakan produk sendiri. Alam bawah sadar kita yang dihasilkan dari pendidikan abad sebelumnya menciptakan bahwa menggunakan produk orang lain lebih bergengsi, lebih berkualitas dan lebih hebat. Hal inilah yang membuat negara kita belum bisa move on menjadi negara yang produktif.

Guru yang move on untuk berubah dari pengalaman dirinya dulu akan mencoba membuka diri dalam menguasai keterampilan abad dimana anak didiknya akan hidup. Guru macam ini menjadi bagian penting dalam kemajuan bangsa. Bila semua guru move on, maka akan dipastikan semua elemen bangsa akan berubah dan bangsa kita akan menjadi bangsa yang produkttif. 

Ruang kelas akan menjadi laboratorium-laboratorium kecil dalam menciptakan (create) barang baru yang bisa membanggakan generasi baru. Mereka tidak lagi akan menggunakan produk orang lain, karena mereka sendiri lah yang memiliki produknya. Mereka akan percaya diri untuk menggunakan produk sendiri daripada produk negara lain. Ke"gengsian" yang selama ini tertanam dalam setiap individu akan tercerabut dengan sendirinya, sehingga bangsa kita akan menjadi bangsa kreatif, produktif, dan inovatif.

Cara Kita Mengajar di Abad 21

Setelah kita terbuka untuk move on di abad 21, kita harus berupaya untuk merealisasikan dalam praktik pembelajaran di kelas. 4K yang menjadi keterampilan yang harus dilatihkan kepada siswa harus menjadi core dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran kreatif, inovatif, produktif dan afektif (KIPA) akan selalu menjadi tujuan akhir dari pembelajaran. Semua kegiatan pembelajaran akan diarahkan dalam melatih 4K dan mencapai tujuan KIPA.

Lalu, bagaimana agar terealisasikan dengan mudah? Paling tidak ada dua hal yang harus dikuasai dalam realisasi pembelajaran yakni: pendekatan dan model pembelajaran. Pertama pendekatan, yaitu landasan filosofis untuk meraih sebuah tujuan. Pendekatan itu mirif kacamata, ketika kita menggunakan kacamata hitam maka apa yang kita lihat akan terlihat hitam. Begitu juga berlaku bagi kaca mata biru. Pendekatan inilah yang akan menentukan "kaca pandang" guru dalam melakukan pembelajaran.

Berdasarkan tujuan abad 21 (4K dan KIPA), maka mengajar kita harus mencoba mencari pendekatan yang cocok. Dalam konteks Indonesia, hal ini telah dirangkai dalam kerangka kurikulum 2013 (K13). Kurikulum ini adalah kurikulum yang didesain untuk menjawab abad 21 agar siswa dapat dipersiapkan menjadi generasi emas Indonesia 2045. Pendekatan-pendekatan yang ditawarkan adalah pendekatan yang sangat berkelindan dengan kebutuhan abad 21.

Paling tidak, ada dua pendekatan pokok dalam pembelajaran K13 yaitu pendekatan inkuiri dan ilmiah. (1) pendekatan inkuiri adalah pendekatan dimana siswa tidak lagi diberi tahu namun mencari tahu. Pembelajaran ini membutuhkan waktu yang panjang dan tidak efektif dalam konteks penyampaian materi. Konsep pengetahuan dipandang tidak penting dalam tujuan pembelajarannya, namun yang paling penting adalah sikap atau keterampilan siswa dalam proses mendapatkan pengetahuan. Dengan pendekatan inilah akan lahir KIPA.

(2) pendekatan ilmiah (scientific approach, SA) adalah pendekatan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Mereka menggunakan pendekatan ini untuk mengkritisi atau menguji sebuah fenomena untuk menciptakan sebuah entitas baru. Inilah prilaku inovatif dan produktif. Dengan menggunakan pendekatan ini, diharapkan siswa dapat menciptkan atau berinovasi dalam menciptakan produk seperti para ilmuwan.

Secara bertahap, ada lima langkah dalam implementasi SA ini. Orang indonesia memendekan dengan istilah 5M sedangkan dalam istilah bahasa Inggris dikenal dengan 5-ing. Kelimanya adalah "mengamati, observing", "menanya, questioning", mencoba, expementing", menalar, associating", "mengkomunikasikan, communicating". Lima langkah ini sangat kental dengan desain ilmu sain (IPA) yang sangat ilmiah dan positivistik. Namun dalam implementasinya dapat juga dikawinkan dengan pendekatan pembelajaran sosial dan humaniora. Karena karakteristik mata pelajaran yang berbeda, maka modifikasi 5M ini bisa dilakukan dan disesuaikan. Yang paling pokok, bagaimana guru menumbuhkan produktifitas siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun