Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yakin, Anda Ingin Berhaji?

25 Agustus 2017   05:10 Diperbarui: 25 Agustus 2017   06:05 2028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana Agar Berangkat Haji?

Pertanyaan ini banyak digunakan oleh orang yang tidak banyak duit tapi ingin berangkat haji. Namun demikian, saya meyakini pertanyaan ini pun tidak serta merta hanya untuk orang yang kurang uangnya, tapi mereka yang memiliki rezeki berlimpah pun tidak otomatis bisa berangkat haji. Uang bukanlah segala-galanya dalam ibadah yang spesial ini. Haji adalah ibadah misterius, dimana dimensi "Undangan" Allah lebih berpengaruh dari segala prasyarat materi. Banyak kasus yang bisa menjadi buktinya.

Karena ini undangan, maka perlu kita "memantaskan diri" untuk diundang dengan cara yang dikehendaki oleh pengundang (Allah). Kepantasan seseorang diundang Allah memiliki variasi dan standar yang berbeda, tetapi pada prinsipnya ketika Allah berkehendak, kun fayakun.  Allah akan membukakan jalannya. Lalu bagaimana caranya?

Pertama percaya diri bahwa Anda akan berangkat haji. Sering saya tanya kepada jemaah atau kolega, apakah ia akan berangkat haji? Jawabannya variatif. Ada yang mengatakan "Insya Allah ingin". Ada juga yang mengatakan "doain yang pak". Ada yang mengataka "aduh gimana ya, saya itu ingin tapi darima ongkosnya?". Ada juga yang mengatakan "wah tidak mungkin, daftarnya aja mahal terus harus nunggu tahunan". Jawaban jawaban seperti itu ternyata menjadi do'a untuk tidak memberangkatkan haji. Ingin tanpa waktu yang jelas. Keraguan hati yang sangat jelas. Materialisme yang menjadi landasan paradigma berpikirnya.

Sebaiknya, kita dengan percaya diri katakan "saya akan berangkat haji tahun 2020". Untuk menguatkan kepercayaan dan pengingatan, tulislah "tahun 2020 saya harus berangkat haji" di depan tempat sujud (mushola) anda. Itu ditujukan biar kita selalu ingat bahwa tahun 2020 Anda harus ibadah haji dn itu janji yang harus ditunaikan. Maka secara spiritual anda akan selalu berdo'a untuk itu, secara material juga anda akan selalu berupaya merealisasikannya. Biasanya, orang yang sudah melakukan hal ini, akan dibukakan jalannya, karena ia percaya diri tahun 2020 harus ke Haji. Do'a itulah yang selalu diaminin oleh para malaikat di langit.

Kedua Yakin akan berangkat. Keyakinan adalah urusan hati. Usaha secara materi harus tetap diupayakan, tetapi hati tetap untuk yakin. "Wah pak, kan harus nunggu bertahun-tahun untuk waiting listnya". Kalau dalam paradigma Anda tergantung kepada aturan pemerintah (bukan aturan Allah) maka do'a anda terhijab oleh aturan pemerintah. Keberangkatan ke tanah suci akan digantungkan kepada keyakinan anda kepada pemerintah bukan kepada Allah. Saya bisa buktikan bahwa itu adalah suatu yang salah.

Tahun ini (2017) saya bertemu seorang ibu rumah tangga. Dalam konteks status sosial, rumah tangganya kurang beruntung. Ia datang ke saya karena petunjuk gurunya, sekaligus guru saya. Ia berniat untuk haji tahun ini. Ia ingin berhaji karena sangat ingin dan telah berjanji untuk berhaji tahun ini. Saya tidak yakin bisa mengurus keberangkatan hajinya, karena sangat mendadak dan hanya satu bulan sebelum tanggal 1 dzulhijjah. Dengan percaya diri, saya minta paspor pada hari rabu, lalu Jum'at saya serahkan ke Jakarta dan pada hari senin keluar paspor untuk berhaji. Keluar visa dalam tiga hari? Ini di luar nalar saya. Luar biasa.

Saat saya tanya kenapa ibu bisa dengan mudah mendapatkan visa haji padahal di luar sana begitu banyak yang telah menunggu bertahun-tahun untuk berangkat haji. Ibu dengan satu minggu saja, sudah dipastikan berangkat haji. Sang Ibu yang hari ini sedang berada di Mekah al Mukaromah itu hanya berujar, "saya yakin, saya bisa berangkat tahun ini. Allah mengundang, maka Allah akan siapkan segalanya. Walaupun saya tidak tahu harus bagaimana, saya yakin, Allah selalu memberi kemudahan." Dan apa yang saya lihat, kemudahan itu datang secara beruntun. Kejadian ini mirip dengan yang saya alami.

Tahun 2014 saya berangkat haji dengan dramatis. Saya sebut dramatis, karena di luar dugaan, nalar dan prosesnya yang sangat cepat. Uang tidak ada, waktu yang sempit dan situasi yang sulit untuk meninggalkan keluarga dalam keadaan saat itu. Namun, saya sudah berniat itu pada tahun 2013. Saat itu saya tidak tahu harus darimana biaya keberangkatan haji. Yang jelas di tahun itu saya ingin sekali berangkat haji walaupun kondisi finansial tidak memungkinkan. Di tahun itulah saya berniat tahun depan (2014) saya harus berangkat. Karena saya belum daftar ke pemerintah, maka hal yang paling memungkinkan saya berangkat lewat jalur non pemerintah.

Ketika saya meyakini akan berangkat 2014, sebulan sebelum berangkat saya titipkan paspor kepada seorang guru (sekaligus sahabat) yang menjadi agen haji. Saya tidak tahu dan tidak bisa memprediksi darimana uang untuk membeli visa haji yang mahal itu. Dan apa yang terjadi, seminggu setelahnya saya dikabari bahwa paspor saya telah ditempeli visa Saudi dan bisa berangkat tahun ini. Maka, hati saya jadi dag dig dug gak karuan karena harus mempersiapkan uangnya. Namun, dengan izin Allah uang yang banyak itu tidak tahu bisa terkumpul dengan mudah. Usaha yang dilakukan begitu mudah dan ada jalannya. Subhanalloh.

Bagi kaum rasional-positivistik hal ini adalah aneh. Ya, saya juga sebagai kaum akademisi yang menjadi bagian pengikut John Lock yang sangat measurable dan observable tidak bisa menerimanya. Namun, itu fakta yang terjadi. Secara nalar, saya ragu, tapi setelah menjalaninya, saya yakin akan itu. Bukankah ilmu itu harus diawali dengan keyakinan? Bukankah Einstein dengan relativitasnya diawali dengan keyakinan saja? Bukankah Stephen Hawkin belum pernah membuktikan "black hole" teori yang diyakininya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun