Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merdeka Agama dan Akademik

14 Agustus 2017   07:34 Diperbarui: 14 Agustus 2017   09:22 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jadi, kemerdekaan akademik adalah ketika akademisi sudah berkarya atas ilmu dan daya pikirnya. Para dosen merdeka bila mereka menuliskan dan memproduk karya atas disiplin ilmu yang disandangnya. Para guru merdeka manakala mereka sudah berkarya membimbing siswanya untuk menempuh jalan terjal kehidupan menjadi dewasa dan bermanfaat lebih untuk masyarakatnya. Para ulama merdeka manakala mereka telah menuliskan ilmu agama atau membimbing ummat ke jalan yang di kehendaki oleh Tuhan.

Bila para akademisi belum berkaraya atas ilmunya, maka mereka masih terjajah. Terjajah dengan dengan egoisme ilmu yang ada dalam dirinya. Mereka tidak mau berbagi dengan orang lain untuk menjadi lebih baik. Allah akan melaknat orang berilmu yang menyembunyikan ilmunya. Agar tidak dilaknat, maka karya adalah solusinya. Ia bisa berbentuk buah pikirnya dalam bentuk tulisan, ia juga bisa berbentuk pengabdian yang besar kepada masyarakat melalui produk karyanya atau pikirannya. Dengan karya ini, bisa jadi ibadah mahdhoh yang tidak khusu digantikan dengan ibadah sosial yang diridhoi-Nya.

Ketika karya itu tidak juga muncul, bisa jadi ini merupakan penipuan. Para akademisi dituduh menipu manakala keilmuan tidak disenyawakan dengan olah pikirnya dan tidak menghasilkan apa-apa. Ini sangat berbahaya bagi kehidupan. Orang akan menghormati ilmu yang hadir dalam diri akademisi, namun ia sendiri sebenarnya tidak memahami ilmu yang dimaksud. Ilmunya telah menjajah dirinya. Ilmunya hanya sekedar alat untuk kepentingan kemuliaan dirinya, bukan memuliakan orang lain.

Bila para akademisi telah memanfaatkan ilmu sebagai kedok kepentingan pribadinya, maka mereka adalah penjajah. Kemerdekaan dalam diri dan ilmunya belum dibebaskan dalam egoisme dan ketakaburan diri.  Ilmu yang ia miliki tidak memiliki manfaat sedikitpun untuk dirinya di dunia, apalagi di akhirat. Akhir dari keilmuannya akan dicibir dan hanya baik di hadapannya saja. Ketika di belakangnya, ilmu itu akan menikam dan memburukan dirinya. Mereka belum merdeka, tetapi mirip seperti merdeka.

Kemerdekaan Individu dalam Agama dan Akademik

Bagaimanakah seorang individu memerdekakan dirinya dari Agama dan Akademiknya? Agama adalah kepatuhan dan ketundukan. Akademik adalah kekaryaan dan pengembangan. Dalam satu sudut pandang ini bertolak belakang. Namun, dalam sudut yang lebih luas, ini merupakan persenyawaan yang sempurna bagi seorang akademisi yang religious.

Agama sebagai filosofi dalam hidupnya akan menjadi landasan dalam berkarya akademiknya. Bila saja nilai-nilai agama telah mendarah daging dalam dirinya, maka segala karya dalam bidang akademiknya akan ditujukan untuk kebaikan ibadah sosialnya. Karyanya tidak akan lahir dari materialisme dimana dimensi karya menjadi lahan bisnis yang meng"kaya"kan. Karyanya tidak akan membantu kejahatan dan dibuat dengan dasar kejahatan. Karyanya juga tidak akan diklaim hasil dirinya tanpa bantuan Tuhan. Ia sadar, tanpa bantuan Tuhan tidak ada yang bisa dilakukan oleh dirinya, sepintar apapun dia.

Jadi, untuk kaum akademis seperti ulama, dosen, guru dan para pemikir, kini saatnya kita untuk melanjutkan kemerdekaan kita dalam berkarya. Karya yang memuliakan manusia. Karya yang menjadikan manusia hebat untuk kehidupannya. Dengan bantuan para akademisi inilah hidup menjadi lebih "hidup".  Di tangan akademisilah, kehidupan berbasis nilai agama akan dipenuhi karya. Bekerjalah yang lebih keras agar kita pantas menjadi benar-benar akademisi-berkarya. Tekunlah agar kita diakui sebagai akademisi sesungguhnya. Berkaryalah agar dunia tahu bahwa kita benar-benar akademisi. Izinkan dunia membahagiakanmu dengan karya, dan mintalah akhirat untuk membuatkan rumah di surga atas karya keilmuanmu.

Bumisyafikri, 14/08/17

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun