Bagi saya, bila seseorang sangat fanatik dengan ayat tekstual tanpa mempertimbangkan ayat kontekstual, mereka kurang bijaksana. Bila pun mereka mengagungkan ayat kontekstual dan mengabaikan ayat tekstual, maka mereka pun orang yang sesat. Bagi mereka yang ahli ayat tekstual, silahkan desain ayat itu untuk menjadi manual guide para ahli kontekstual, sedangkan orang yang ahli kontekstual, buatlah gambaran yang lengkap akan rahasia kontekstual agar bisa disenyawakan dengan ayat tekstual oleh ahlinya. Duet ini lah yang lebih hebat dari sekedar duet Roma Irama dengan Sonetanya.
Bila dulu Allah menitipkan ilmu agama itu kepada para rasul dan kitab suci, maka saat ini ketika perjanjian terakhir (Qur’an) diturunkan, tidak ada lagi rasul dan kitab lainnya. Allah menitipkan ilmu kauniayah itu kepada para ulama. Ketika para ulama juga sangat terbatas jumlahnya, maka Allah titipkan ilmu kauniyah itu kepada setiap hati individu. Hati yang bekerjasama dengan akal (reason) akan mampu menyingkap segala rahasia ilmu kauniah yang Allah selalu teka-tekikan. Hanya orang terpilihlah yang mampu membukakan tabir-Nya. Wallahu a’lam bi murodihi.{}
Refleksi Nuzulul Qur’an
Bumisyafikri, 12/6/17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H