Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kuliah Subuh: Tradisi Penanaman Ideologi Dini

11 Juni 2017   06:48 Diperbarui: 11 Juni 2017   07:28 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada beberapa kritik yang harus disampaikan atas tradisi KS yang sudah menjadi ritual tahunan. Pertama KS harus semakin berkualitas. Harusnya ustadz yang membimbing KS adalah mereka yang memiliki pengetahuan pedagogis (pengetahuan tentang cara mengajar anak kecil) dan pengetahuan agama yang mumpuni. Kemampuan pengetahuan psikologi perkembangan juga dibutuhkan agar para pendakwah KS mengetahui bagaimana menyusupkan ideologi kepada anak-anak secara dini. Saya sedikit tahu bahwa kemampuan para pengajar pada KS adalah mereka yang tidak memiliki pengalaman yang hebat sehebat expert di perguruan tinggi hebat. Namun, saya tahu juga bahwa mentalitas ruhul Jihad mereka lebih hebat ketimbang para dosen yang mengharap besarnya gaji.

Kedua perlu ada kurikulum yang sistemik dalam menancapkan ideologi agama kepada mereka. Selama ini, sepertinya KS disajikan secara serampangan tanpa kurikulum yang jelas. Saya mengerti bahwa tidak perlu ada legalisasi kurikulum untuk KS, tapi paling tidak panduan idiologi Islam yang benar dan sifatnya dogmatis perlu dirancang agar KS adalah salah satu instrumen penting dalam bagian penancapan ideologis sejak dini. Sistematika dogmatik yang dirumuskan perlu dilatihkan agar Islam dapat dipahami oleh anak didik bukan hanya sebagai identitas tetapi sebagai ajaran yang perlu diamalkan.

Ketiga, karena pendidikan Islam sekarang vis a vis dengan modernisme yang memboncengi nilai-nilai antagonist dari agama, maka perlu adanya strategi penangkal yang jitu untuk menghindarkan modernisme yang mengontrol kehidupan keagamaan. Hal ini membutuhkan kesadaran penuh para asatid untuk merancang dogma agar santrinya tidak terjebak pada sistem nilai modernisme yang susah tertolak. Nah, sepertinya perlu ada penanganan komprehensif antara ustad KS dan orang tua. Untuk cara yang lebih lengkap, perlu merumuskan bersama dengan para ahli pendidikan dan pemangku kepentingan.

Terakhir, KS sebagai instrumen penanaman ideologi Islam adalah tradisi yang sangat baik dan penting. setelah KS ada pendidikan lanjutan yang harus disemai setelah menanamkan biji ideologi itu. Ketika perkembangan kognitif santri sudah mulai maju, maka KS harus bermetamorfosis menjadi sebuah studi yang bukan kuliah (satu arah komunikasi) namun berbentuk kajian. Tujuannya adalah meaningful learning atau pembelajaran yang bermakna. Dogma dari ideologi yang disisipkan sewaktu usia dini, harus dilanjutkan kepada pemahaman dogma secara rasional dan dewasa. Islam adalah agama yang rasional dan ilmiah, kan? {}

Bumisyafikri, 11/06/17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun