Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jokowi di Tasikmalaya: Antara Ceramah Kebhinekaan, KIP, dan Sertifikat Tanah

9 Juni 2017   16:39 Diperbarui: 10 Juni 2017   03:57 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila itu belum bisa, saya hanya bisa menyarankan bahwa KIP itu harus fungsional. Kartu itu harus menjadi smart card (kartu pintar). Dalam satu kartu harus memang benar-benar berisi data yang lengkap untuk digunakan serba fungsi. Jangan sampai setiap program memilki kartunya. Walikota ada kartu, gubernur ada kartu, presiden pun ada kartu, jadi dimana letak kepintaran kartu itu? Tambahan, KIP itu harus mampu digunakan sampai tingkat sarjana, sehingga penerima KIP dapat dijamin oleh pemerintah sampai kepada tingkat jaminan kemandirian dia sebagai warga negara yang bertanggung jawab atas hidupnya.

Kedua dimensi pertanahan. Jokowi dalam kunjungannya ingin memastikan kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) benar-benar bekerja. Seperti janji beliau tentang dua tahun untuk menyelesaikan berbagai sertifikat tanah yang belum juga tuntas, pemberian sertifikat kepada warga Tasikmalaya adalah sinyal bahwa janji beliau ditepati. Lepas dari jumlahnya spektakuler atau dikebut melalu pronas ATR, saya kira itu sangat menguntungkan masyarakat.

Negara ini sudah merdeka lebih dari 70 tahun. Pertanyaan saya, kenapa sistem pertanahan kita kok belum selesai juga? Bisa jadi masalah nya adalah bahwa tanah adalah harta yang boleh dijual belikan sehingga sertifikat bisa berubah dan seterusnya. Saya setuju, tapi faktanya adalah banyak sekali tanah kita yang belum tersertifikasi dengan baik. Lihatlah tanah yang luas di pedalaman yang hanya ada Akta Jual Beli (AJB) saja. Jadi negara menurut saya, tidak menghiraukan masalah ini secara serius beberapa tahun yang lalu. Jokowi, dalam konteks ini mampu berpikir jernih dan cepat untuk mengambil tindakan. Dengan jelasnya sertifikat, maka akan jelas pulalah pajak tanah dan bangunan setiap warga. Ujungnya, negara bisa diuntungkan.

Ketiga dimensi keagamaan. Inilah yang saya suka atas jokowi. Setelah saya mengikuti jum’atan di mesjid agung Tasik itu, saya ikut nimbrung dengan ribuan orang untuk mendengar ceramah singkat sekitar 20 menit. Karena tempat berceramah adalah di mesjid, maka saya simpulkan ini adalah dimensi keagamaan, walau saya melihat ada muatan lain yang lebih pekat dari sekedar keagamaan.

Dalam isinya, ceramah yang disampaikan Jokowi adalah ceramah integrasi agama dan nasionalisme. Diawali dengan menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara besar dengan banyak pulau dan bahasa di dalamnya, ia berpendapat bahwa kesatuan negara harus dipupuk secara bersama. Perbedaan bahasa yang ia pelajari dari pulau Sumatra sampai Papua, dapat menunjukan bahwa begitu luas dan lebarnya Indonesia. Indonesai harus berpegang teguh pada Bhineka Tunggal Ika. Dengan menggunakan sentimen keagamaan yang khas dalam Islam, Jokowi mengintegrasikan keislamannya dengan pentingnya Bhineka dalam bernegara.

Bagi saya yang sering memperhatikan arah kebijakan makro presiden, pernyataan dalam ceramahnya tidaklah cukup mengobati saya sebagai warga negara. Masih banyak yang mesti Jokowi nyatakan dalam ceramah itu. Bagi saya, harusnya Jokowi menjelaskan apa saja fokus yang ia kerjakan selama ini sehingga harus dibantu dengan pembiayaan masyarakat melalui pajak yang tinggi. Bagaimana juga Jokowi harus menjelaskan kebijakan neo-liberalisme ekonominya. Dia juga harus menjelaskan kepada kita kebijakan politik yang kadang meminggirkan ummat Islam, dan seterusnya.

Tapi saya paham. Dengan untaian kalimat sederhana, sang presiden mampu membius warga kota tasik (paling tidak yang hadir di dalam mesjid) untuk puas dengan jawaban yang singkat itu. Dengan pesan untuk tidak saling memfitnah dan mengeratkan ukhuwah islamiyaah dan ukhuwah wathoniyah, warga kota Tasikmalaya sangat puas dan merasa bangga dengan presidennya. Tidak apalah pertanyaan saya tidak terjawab pun, toh bila ceramah gaya itu yang dikemukan di mesjid, pasti akan muncul polemik yang berkepanjangan. Itu tidak baik bagi bulan Rmadhan yang suci ini, pun mesjid bukanlah tempat yang cocok untuk membicarakan hal itu.

Satu hal yang saya pertanyakan dari audience yang hadir pada acara ceramah itu, kenapa mereka menyebut “Jokowi presiden 2019”? Kenap juga beberapa mustami juga menyebut “Jabar 1” dan “Wakil gubernur” di depan Jokowi? Saya mengira itu ditujukan kepada Walikota Tasik yang mendampingi beliau. Tapi, kenapa harus diungkap di depan Jokowi?, apakah kehidupan kita sudah dikuasai oleh politik?, sehingga semuanya tentang politik walau Jokowi tidak pernah menyampaikan dalam ceramahnya. Hidup kita memang penuh dengan drama politik. Mesjid pun jadi korbannya. Ah biarin sajalah.

Yang menarik buat saya saat ini, adalah saat Jokowi ke luar mesjid. Jokowi dengan gaya khas kemeja putih yang dikeluarkan dari celananya, ia membagikan banyak hadiah. Ada buku tulis, ada baju kaos dan lain sebagainya. Saya lihat sendiri, para pembantu presiden sibuk mengambil hadiah itu dari mobil sedan merci berplat “Indonesia 1”. Jokowi mengambil dan menyerahkan secara serampangan kepada mereka yang mengelilinya. Dengan ala sawer para pengunjung yang berjubel sangat bersemangat untuk mendapatkan hadiah. Ketika nama “Jokowi” diteriakan, maka saat itu pulalah Jokowi melemparkan hadiahnya. Ketika kata Jokowi presiden 2019 pun para pembantu presiden melemparkan hadiah tepat di hidungnya. Ia memang hebat.

***
Ya Alloh, euforia ini adalah rahmat-Mu.
Ya Tuhan kami, kecerian ini adalah anugerah-Mu.
Ya Pelimpah rezeki, keramaian ini adalah rezeki-Mu.
Semoga Kau limpahkan Karunia-Mu atas kesulitan Bangsaku.

Mesjid Agung Tasikmalaya, 9/6/17

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun