Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Handphone dan Perubahan Perilaku Hidup Kita, Salah?

4 Juni 2017   15:42 Diperbarui: 4 Juni 2017   16:09 2482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir tak bisa ditolak, Handphone (HP) adalah instrument baru saat ini dalam hidup kita. Ia hampir mengontrol kehidupan kita. Ia juga hampir menjauhkan kehidupan sosial kita yang dekat dan mendekatkan kehidupan kita yang jauh. Ada banyak nurturant effect (efek penyerta) yang dibawa oleh “binatang” bernama hape ini. Bisa efek positif, pun demikian efek negatif.

Sejak saya mengenal HP pada pertengahan tahun 2000, saya adalah orang petama yang memiliki HP di keluarga saya. Di komunitas saya pun, saya dibilang orang yang pertama yang memilikinya. Saya mengenal HP ini pada saat tinggal di pesantren tahun 1999 dan saat itu datang santri baru anak dari anggota DPR yang pernah direbut palu sidangnya pada tahun 2015an. Ya, anak dari Ceu Popong Junjunan. Ia adalah sahabat saya, A Wibi Djunjunan.

Saat itu saya menganggap HP adalah alat baru tentang tingkat status sosial dan ekonomi seseorang. Semakin ia memiliki nomor HP, maka semakin tinggilah status ekonomi seseorang. Semakin ia menelpon atau mendapatkan telepon, maka semakin banyaklah uangnya. Semakin ia mengirim dan menerima SMS, maka semakin kaya lah ia. Jadi HP adalah mutlak dimiliki oleh orang yang berduit. Bagi saya yang tak tebal dompetnya, mana bisa.

Dengan berjalannya waktu, HP telah bertransformasi menjadi barang yang bukan lagi indikator kekayaan seseorang. Sejak saya ngebet dengan binatang ini, saya berupaya untuk membelinya. HP pertama saya adalah Ericsson lipat (seperti yang A Wibi bawa saat itu). Dengan membeli kartu perdana yang super mahal, saat itu saya membeli kartu Simpati dengan 250 ribu, lebih mahal dengan Xl yang saat itu 180 ribu, saya memaksa untuk membelinya dengan ngap-ngap an. Bila dibanding dengan sekarang, saya rasa saya orang bodohlah yang berani membayar harga kartu perdana semahal itu.

HP adalah barang langka dan hanya mahasiswa yang beruntung saja yang memilikinya. Apakah saya beruntung saat itu? Sebenarnya iya. Dengan uang yang sangat minim, saya wajib memilikinya karena sebagai presiden mahasiswa yang selalu dibutuhkan oleh para dosen, dekan hingga rektor. Jadi untuk menyeimbangkan daya tawar saya, terpaksa saya menyisihkan SPP kuliah saya untuk dijadikan modal HP. Ternyata benar, dengan HP uang semesteran saya dari mulai semeter III sampai akhir tak pernah dibayar karena ada beasiswa mahasiswa pintar dan aktif. Alhamdulillah, HP telah membantu saya menjadi penerima beasiswa itu.

Itulah sejarah saya memiliki HP. Saat itu, layanan operator yang sangat “murah”adalah SMS. Sekali mengirim sms, kita harus bayar 350 rupiah. Jadi kalau punya uang 1000, maka hanya bisa mengirim dua SMS, itupun kita harus menghitung tidak boleh lebih dari 160 karakter. Bila lebih, maka kita rugi. Siasatnya adalah, setiap kata harus disingkat. Dengan SMS ini pula saya bisa merayu calon istri saya, yang sekarang jadi istri. Setiap hari saya menunggui HP dengan berharap ada SMS atau Call yang masuk. Bila tidak, saya cukup membaca berkali-kali SMS yang ada di inbox, utamanya SMS dari si Cinta.

Jadi bagi saya, HP telah merubah saya dalam segala bidang, baik dari pembiayaan kuliah, perjodohan, pengiritan biaya, dan saat ini saya bersemangat untuk menulis. HP telah menjadi bagian terpenting dalam hidup saya, dan saya tidak bisa lepas dari HP. Bila saya berangkat kerja, lalu HP tertinggal, saya mewajibkan untuk pulang. Hal ini berbeda dengan barang lain, bila saya ketinggalan buku, saya tak usah pulang. Karena saya merasa bahwa HP adalah jiwa saya dan saya tidak bisa hidup tanpa HP.

Seorang motivator kawakan favorit saya pernah berkata, “orang Amerika akan meninggalkan HP pada saat liburan, mereka tidak mau di ganggu. Orang Indonesia, liburan pun selalu bawa HP, dan tidak bisa lepas dari HP-nya”. Saya mengiyakan, karena saya pun merasa begitu. Hal itu saya buktikan ketika “murid” Amerika saya si Shane dan Torry tidak begitu mementingkan HP. Kalau mereka menemui saya di kelas bahasa, ia tidak membawa HP. Sepertinya, hidup mereka tidak mau dikontrol oleh HP. Kita dengan mereka, beda kan?

Baiklah, saya harus masuk ke analisis saya tentang HP yang saat ini sudah mengubah atau tepatnya mengontrol hidup saya dan mungkin Anda. Sejak munculnya perubahan format dari featur phone ke smart phone wabil khusus Android dan i-Phone serta banyaknya aplikasi medial sosial yang disusupkannya, maka HP telah menguasai hidup kita. Kalau dulu telepon dan SMS adalah yang paling fungsional dan efektif dalam HP, sekarang aplikasi lah yang banyak digunakan. Mereka membutuhkan paket data. Makanan aplikasi data yang terhubung ke internet itu membutuhkan nutrisi data yang berbiaya lumayan mahal.

Dalam analisis ini, saya bagi dua kontrol HP dalam kehidupan kita, dari sisi positif dan dari sisi sebaliknya. Pertama sisi positif HP. (1) HP bermetamorfosis menjadikan dunia paperless (tanpa kertas). Kita tahu bahwa membuat kertas adalah proses yang panjang. Pengusaha kertas harus menggunduli hutan kita demi bahan baku kertas bernama pulf. Dengan HP, setiap informasi yang sangat deras itu cukup butuh monitor dan tentu saja daya batrei dengan konsumsi listrik yang tidak terlalu besar. Perubahan paper ke paperless telah merubah prilaku kita menjadi lebih efisien dan yang terpenting menyelamatkan hutan kita.

(2) HP telah menjadi aras media informasi yang efektif, efisien dan interaktif. Dulu diskusi membutuhkan akomodasi berupa ruang, waktu, konsumsi dan media yang super mahal. Saat ini melaui diskusi group via WhatsApp (WA) misalnya, diskusi bisa dilakukan apa saja dan kapan saja. HP telah merubah hidup kita yang strukturalis ke fungsionalis. Kita bisa mendapatkan informasi yang sangat deras dan benar-benar menjadi manusia yang terbuka dan informatif. HP benar-benar bermanfaat.

(3) HP mengubah segalanya jadi instant. Era modern dipandang sebagai era yang serba cepat dan instant. HP dengan dukungan kehebatan softwarenya telah merubah dunia yang lambat menjadi cepat. Komunikasi antar negara tidak lama dan ndak butuh roaming. Komunikasi melalui dunia sosial media mampu mepercepat informasi secara cepat akurat dan lengkap, baik protagonist maupun antagonist. Para jurnalis yang melaporkan investigasinya akan mudah dan murah melaporkan temuannya. Para pembaca berita, cukup membuka HP atau Tablet untuk membicarakan beritanya yang terintegrasi dengan internet. Semua cepat, semua instant dan mengubah hidup kita. Lihat saja Go-Jek, Uber, Grab, Go-Box, dan lainnya, cepatkan?

Masih banyak sisi positif yang seharusnya saya buktikan, namun cukup sudahlah, saya yakin Anda bisa mengklasifikasikan sendiri tentangnya.

Kedua sisi negatif. (1) HP telah merubah pola komunikasi sosial kita. Komunikasi sosial yang sarat dengan makna, menjadi kaku dan tak fokus dengan kehadiran HP. Informasi yang sangat deras telah mampu mengubah fokus seseorang dari pola komunikasi dengan orang di hadapannya dengan orang didalam dunia mayanya. Yang dekat di dunia nyata kadang kalah dengan orang yang dekat di dunia maya. Kita lebih mementingkan mengangkat telepon dari yang jauh dan menghentikan obrolan dengan orang di hadapan kita. Sama halnya juga kita lebih lama berkomunikasi dengan teman medsos daripada orang di rumah kita.

(2) HP telah membuat sifat ke-“aku”-an kita makin memuncak. Sejak HP ditanamkan kamera belakang, lalu kemudian kamera depan, maka fungsi HP bukan sekedar alat komunikasi namun lebih dari sekedar itu. Yang paling banyak adalah fungsi kamera. Kodak yang tahun 90an begitu digdaya untuk urusan photo, sekarang mati kutu menghadapi kamera yang dimiliki setiap HP. Selfie atu groupie telah memantik sifat egoisme setiap pemilik HP. “Aku” yang dulu agak malu untuk dipublikasikan, saat ini menjadi biasa dan merata. Seorang jenderal pun, sudah tidak malu untuk selfie, apalagi para gadis kampus yang ingin cepat mendapatkan jodoh. HP telah membantu “Aku” menjadi lebih aku dan sangat aku.

(3) HP telah membantu kemaksiatan yang lumrah. Bila kita buka internet dalam HP, kita bisa pastikan dari beberapa info atau berita, photografi berbau porno terselip di dalamnya. Seorang pria yang mata keranjang pasti akan tertarik untuk melihatnya dan tentu saja akan mengirimkan kepada teman sekomunitasnya. Maka dengan begitu, akan ada menonton pornografi berjamaah. Dengan aplikasi yang sangat memudahkan kita saling berbagi, maka kemaksiatan pun mudah di bagikan. HP telah membantu syetan untuk santai dalam melakukan tugasnya, toh HP telah menjadi bagian dari nafsunya.

Masih banyak efek negatif yang bisa saya elaborasi, tapi itu saja untuk sementara. Seorang sahabat mengatakan, “HP itu seperti sikat gigi”. Itu sangat privasi dan tidak mudah untuk digunakan oleh orang lain. Bisa saja orang lain menggunakann sikat gigi kita, tapi apakah tidak geuleuh menggunakannya, atau sebaliknya, apakah kita rela menggunakan sikat gigi orang lain. Ih geuleuh pisan (kotor sekali).

Bagi kita yang telah terjerumus menggunakan HP dan telah kecanduan memilikinya, maka saat ini mulai berpikir ulang untuk mensetting ulang HP. Menurut saya, (1) perlu ada manajemen waktu untuk menyalakan akses internet dalam HP. Bila itu dinyalakan setiap saat, maka saya pastikan hidup Anda akan dikontrol HP. (2) perlu memanfaatkan HP sebagai bagian dari peningkatan kapasitas hidup kita. Bila kita akademisi, maka kita bisa berkarya dalam HP. Bila kita pedagang, maka HP bisa jadi bagian dari instrumen dagang. Tapi ingat, manajemen waktu mutlak harus ada. (3) HP harus menjadi yang ketiga setelah keluarga. Bila HP telah membahagiakan Anda dan Anda meninggalkan keluarga, saya rasa kebahagiaan Anda tidak akan lama. {}

***
Hidup itu selalu berubah.
Bila saat ini Handphone telah merubah hidupmu.
Belum tentu hidup kita akan berbahagia setelahnya.
Karena hidup itu tak pernah pasti.

Bumisyafikri, 04/06/17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun