Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pendidikan ala "Perang" Bakso Orang Sunda

30 Mei 2017   15:43 Diperbarui: 31 Mei 2017   10:26 1454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menceritakan tentang rasa terimakasih dan nostalgia ketika belajar dulu, ia sebutkan cerita tentang nano-nanonya belajar di ITB tempat ia ngampus. Dengan semangat yang tinggi, ia mantaf untuk berwirausaha. Lulusan ITB yang saya kenal ingin kerja di tempat yang basah dan bereputasi transnasional, ingin berwirausaha dengan berdagang baso hitam. Kan aneh! Lulusan ITB kok dagang bakso? Saya sebagai orang dekatnya dahulu ketika belajar, merasa bangga karena banyak alasan yang bisa saya kemukakan. Bakso hitam hasil inovasinya begitu mengagumkan dan sangat anti mainstream. Hebat tenan tuh anak.

Nah tiba saatnya saya membahas nilai pendidikan yang bisa diambil dari riwayat tadi. Bagi saya inovasi pendidikan melalui “perang” bakso orang Tasik (mungkin juga mirip di Bandung dan daerah lainnya) memiliki nilai pendidikan yang terhingga. Pertama inovasi out of the box yang didemonstrasikan oleh para tukang bakso harus ditiru oleh para guru dalam interaksi belajarnya. Ketika guru merasa berada pada comfort zone (zona nyaman), maka guru tidak akan berinovasia lagi, atau inovasinya kurang greget. Dampaknya anak akan bosan dan mudah menerka inovasi yang akan dilakukan oleh gurunya.

Semakin guru berinovasi “gila” anti mainstream di depan anak-anaknya, maka semakin tertarik anak-anak untuk melihat inovasinya. Ini akan membuat suasana kelas jadi bersemangat dan penuh dengan tanda tanya. Bukankah salah satu kehebatan guru adalah memantik pertanyaan siswanya? Inovasi ala tukang bakso, baik dari sisi nama ataupun bentuk adalah salah satu inovasi yang mempermainkan aspek psikologis konsumen. Setiap konsumen bakso pasti ingin sesuatu yang baru. Nama yang aneh atau bentuk yang unik bisa jadi membuat psikologis konsumen ingin segera melahapnyaa. Begitu pun dengan siswa kita. Siswa yang sudah bosan di sekolah, pasti memiliki tingkat kebosanan yang tinggi sehingga membutuhkan sentuhan psikologis dari gurunya. Inovasi anti anti mainstream inilah solusinya.

Menggunakan sentimen psikologis melalui model pembelajaran yang variatif atau media pembelajaran yang unik adalah salah satu inovasi psikologis yang bisa diterapkan kepada siswa. Sebelum menggunakan model pembelajaran atau media yang anti mainstream sebaiknya guru untuk melakukan analisis kebutuhan siswa, sehingga sentimen psikologis siswa dapat diciptakan. Guru harus menciptakan sentimen psikologis positif untuk menyemangati siswa dengan inovasinya. Ini membutuhkan pikiran inovatif dari guru yang telah mengenal siswanya. Silahkan Anda bayangkan sendiri bagaimana caranya.

Kedua inovasi tiada henti untuk terus didatangi oleh konsumen bakso adalah strategi mereka untuk terus bertahan. Mereka sadar bahwa inovasi nama dan bentuk dari bakso akan cepat membosankan apabila tidak diikuti oleh kualitas rasa yang memikat. Telah banyak bakso yang nyeleneh itu bangkrut setelah fenomenal di usia dua bulannya. Nah, inilah yang tidak boleh terjadi. Konsumen pasti akan terus membelinya manakala rasa puas atas produk yang dinikmatinya. Mereka bukan menikmati nama atau bentuk, tapi menikmati dzat bakso yang masuk di lidahnya.

Guru yang berinovasi tiada henti jangan meninggalkan kualitas belajarnya. Bila demi inovasi namun kualitas belajarnya diabaikan, maka kasus tukang bakso yang fenomenal dan bangkrut atas kefenomenalannya akan menimpa guru macam itu. Guru yang inovatif adalah memikirkan dua sisi yang seperti mata uang ini; inovasi antimainstream dan menjaga kualitas belajarnya. Bila mereka mampu menjaga keduanya secara seimbang, saya yakin guru hebat itu akan selalu dinanti kehadirannya dan disedihkan ketiadaannya. Mereka tidak akan bersorak ketika gurunya tidak ada seperti yang biasa kita temukan dalam ruang kelas kita. Para murid akan menunggu dan bertanya, “inovasi apalagi yang akan Pak guru lakukan ya? Ga sabar nih!”

***
Dinding kelas yang kaku membujur bagi mereka adalah penjara.
Para guru yang mengajarkan bagi mereka bak sipir penjaga.
Meja-meja yang penuh coretan adalah curhatan mereka.
Kursi yang patah kakinya pun adalah protesan mereka.

Ini bukan karena sekolah yang tidak menggembirakan.
Ini bukan karena ruang kelas yang tak membahagiakan.
Ini hanya sekedar kebosanan atas ritual pengajaran.
Ini karena inovasi guru yang tak kadung terbarukan.

Selamat berinovasi guruku, lihatlah tukang bakso favoritmu itu!
Gegerkalong Girang, 30/5/17

[caption caption="google.com"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun