Mohon tunggu...
JJ SAYYID FAIRUZ
JJ SAYYID FAIRUZ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Trust the process

Mahasiswa Ilmu Politik UIN Syarif Hiduayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Fenomenologi Politisi Menjadi YouTuber sebagai Ajang Kampanye di Dunia Maya

30 Desember 2021   11:38 Diperbarui: 30 Desember 2021   12:25 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam negara demokrasi pemimpin negara dipilih dengan cara pemungutan suara terbanyak agar dapat menentukan calon pemimpin, untuk dapat mencapai hal tersebut para politisi yang akan dicalonkan diharuskan memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi agar dapat dikenali dan dipercaya untuk memimpin bangsa dan negara oleh masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan beragam strategi untuk menaikkan popularitas dan citra politisi di masyarakat salah satunya dengan melakukan kampanye. Pada era saat ini kampanye politik telah memiliki perubahan yang pesat dalam penggunaannya. Evolusi teknologi komunikasi secara drastis telah mengubah sistem kampanye dari yang sebelumnya konvensional menjadi digital.

Perkembangan internet sebagai teknologi baru memiliki dampak yang besar bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di seluruh dunia, perubahan ini juga mendukung percepatan globalisasi dari berbagai aspek seperti budaya, pendidikan, gaya hidup. Munculnya media sosial merupakan efek domino yang pasti terjadi dari kemunculan internet yang penggunaannya memiliki cakupan jangkauan jarak yang luas. Hal ini dapat merubah struktur sosial dan ekonomi. Bagaikan pisau bermata dua, kemunculan media sosial dapat berdampak baik dan buruk, salah satu contohnya dapat berdampak baik bagi pendidikan dan juga dapat berdampak baik bagi perekonomian seseorang karena dapat memasarkan dagangannya secara lebih luas. Selain itu, media sosial juga memiliki dampak buruk salah satunya dari timbulnya sifat konsumtif yang berlebih yang membuat seseorang menjadi boros, dan juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental remaja.

Menurut McNair (2016) kehadiran internet sebagai media baru telah memberikan kesempatan serta ruang untuk publik agar berpartisipasi dalam perdebatan politik, seperti menggunakan blog atau "jurnalisme warga". Kemunculan Youtube pada tahun 2005 merupakan gebrakan fenomenal di dunia maya karena dapat menjadi media independen yang memberikan kebebasan para pengguna untuk mengunggah video sesuka hati apabila masih sesuai dengan kebijakan YouTube. Hal tersebut membuat para content creator atau sering juga disebut YouTuber lebih leluasa berkarya di YouTube karena dapat diakses secara mudah dan gratis. Dengan demikian para content creator dapat membuat video secara lebih leluasa serta dapart membuat informasi sesuai keinginannya seperti membuat video yang informatif serta menghibur tentang fesyen, musik, kuliner, olahraga. Selain video hiburan tersebut, banyak juga Youtuber yang membuat konten edukatif seperti akun IRC 13 yang memberikan informasi mengenai teori-teori ilmu politik, Inspect History yang membuat konten-konten seputar sejarah, Martin Suryajana yang membuat konten seputar filsafat dll. Pada perkembangannya para politisi juga tidak mau ketinggalan untuk membuat akun Youtube mereka sendiri. Umumnya para politisi membuat konten yang berisikan tentang informasi edukatif guna menarik hati para pemilih muda serta konten yang digunakan oleh para politisi memiliki unsur politis seperti menyampaikan pandangan mereka terhadap suatu kasus melalui diskusi ringan di akunnya.

Dalam aspek kampanye, penggunaan media sosial seperti YouTube dinilai memiliki keefektifan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kampanye dengan memakai cara konvensional seperti penggunaan baliho. Berdasarkan hasil survey Charta Politika pemilih PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) lebih memilihj Ganjar Pranowo daripada Ketua DPR Puan Maharani untuk menjadi presiden, dengan persentase 44,7% memilih Ganjar sementara hanya 4,8% yang memilih Puan. Dari hasil data survey tersebut terdapat ketimpangan yang tinggi antara Ganjar dengan Puan, apabila kita lihat lebih dalam hal ini merupakan representasi strategi kampanye yang berbeda yang digunakan oleh Ganjar dan Puan.

Pada sepanjang 2021 ini publik digemparkan dengan masifnya baliho yang berasal dari Puan Maharani yang akan digunakannya untuk kampanye pemilu 2024. Penggunaan baliho secara massif ini menjadi suatu fenomena tersendiri karena intensitas pemasangan baliho yang sangat tinggi di setiap sudut kota di Indonesia. Sementara itu, Ganjar Pranowo menggunakan strategi kampanye berbasis digitalisasi dengan memfokuskan dokumentasi kegiatannya ke media sosial miliknya terkhusus di YouTube yang dibuat pada tanggal 20 Maret 2018, akun milik Ganjar tercatat pada tanggal 30 Desember 2021 Ganjar memiliki pengikut di akun YouTubenya sebanyak 1,19 juta orang dengan total 118 juta kali videonya ditonton. Kasus ini merupakan salah satu contoh dari pentingnya kampanye dengan basis digital sekaligus menjadi faktor mengenai maraknya politisi masuk ke dunia maya.

Sebelum munculnya akun Ganjar Pranowo di YouTube, presiden Joko Widodo selaku presiden Indonesia ke-7 telah memiliki akun YouTubenya pada tanggal 6 Mei 2015 dengan nama akun "Presiden Joko Widodo", dengan pengikut sebanyak 2,87 juta akun. Selanjutnya terdapat mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau yang sering dipanggil Ahok yang juga memiliki akun YouTube sejak 13 April 2018 dengan nama akun "Panggil Saya BTP", dengan pengikut 1,08 juta akun. Dan terdapat gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan nama akun "Anies Baswedan" yang dibuat dari tanggal 28 Agustus 2013 memiliki pengikut 122 ribu akun. Dan Sandiaga Uno yang telah membuat akun YouTube sejak 28 April 2016 memiliki pengikut sebanyak 708 ribu akun. Dengan demikian di masa depan akan semakin banyak politisi yang akan masuk ke YouTube untuk melakukan kampanyenya, dari daftar yang telah disampaikan hanyalah sebagian kecil politisi yang menjadi YouTuber, dan di masa depan akan semakin banyak politisi yang akan membangun citranya di YouTube seperti para content creator yang lain. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun