"Wah.. Asik sekali ngobrol sama dia. Padahal baru kenal loh, tapi rasanya seperti bertemu teman lama. Senang sekali bisa menjadi temannya"
"Garing banget sih, dari tadi diam melulu. Ngobrol apa kek, masak makan gak ada yang bicara. Kan rasanya dingin banget suasananya.. Kurang ok orang ini nih"
"Orangnya enak banget, gak jaim, meskipun sudah jadi pejabat, tapi tetap ramah sama orang, dan suka nyapa orang. Meski jadi atasan, gak nunggu bawahan yang negur duluan, duh saya senang sekali bisa kenal dengan beliau"
"Gak asik nih, bawaannya serius mulu kalo sama dia. Gak bisa haha hihi. Bisa stres berteman sama dia"
"Baik sih orangnya, tapi kalau ngobrol kurang nyambung, masak diajak becanda, dikirain serius sama dia. Gak pernan nonton tv apa, kalau becandaan tadi itu lagi trend"
"Sebel deh, kalau bicara sok tahu banget, dan gayanya itu loh.. Bossy abis.."
"Adem banget kalau liat orang itu, padahal kenal aja nggak, tapi ngeliat dia, rasanya hati jadi ayem dan adem... "
Dst...
Kalimat-kalimat itu bisa jadi muncul di pikiran kita. Ayo.. pernah tidak? hehe
Apapun persepsi orang lain tentang kita, tidak ada yang benar maupun yang salah. Karena memang masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda untuk suatu hal. Dan kecocokan dalam berteman atau pun menjalin hubungan, diperlukan chemistry.
Biasanya orang-orang dengan tipe yang serupa, memiliki chemistry yang bisa menyatukan mereka dalam hal ke"suka"an.
Orang-orang yang suka bercanda, akan sangat nyaman jika berkumpul dengan sesama orang yang suka bercanda. Bisa klop, katanya.
Apapun itu, manusia memang memiliki rasa suka dan tidak suka, yang tak bisa kita abaikan.
Jangankan berkenalan, mungkin dengan melihat sekilas saja, didalam pikiran kita sudah bisa muncul "tulisan" suka atau tidak suka dengan orang tersebut.
Dan akibat "tulisan" yang muncul itu, bisa jadi akan mempengaruhi kita dalam sikap-sikap berikutnya. Kalau kalimat trendnya "menilai orang dari bungkusnya / penampilannya".
Memang hal tersebut tidak 100% salah, karena apa yang ditampilkan, "biasanya" merupakan cerminan kepribadiannya.
Namun hal tersebut juga tidak 100% akurat, karena setelah dikenali dengan lebih dalam dan lebih dekat, ternyata "penilaian" kita diawal, salah besar.
Melatih hati dan pikiran dengan sering berjumpa dengan banyak tipe orang, dan lebih banyak "membaca" tentu bisa mempertajam intuisi dan penilaian kita dikemudian hari.
But... Like or dislike... That's human.
Orang lain ada yang tidak menyukai kita, itu wajar, Rasulullah yang mulia saja ada yang tidak suka, apalagi kita.
Tapi yang jelas... Jangan sampai diri kita sendiri menjadi tidak menyukai diri kita sendiri. Itu yang tidak wajar!
Wah, tulisannya jadi panjang begini, maunya nulis yang ringan, tapi kalau diterusin bisa jadi berat nih hehe.
Pokok'e, like or dislike tidak bisa dihilangkan, yang dapat kita lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin bersikap objektif, dan memperbanyak informasi, agar penilaian yang kita buat tidak salah.
Semoga kita semua bisa menilai orang lain dengan bijak.
Tidak mudah memang, tapi niatan baik, dan latihan/berusaha/ikhtiar, insyaallah membawa manfaat dan perubahan yang positif. Amiin.
Salam, Zakia Wijaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H