Akhir-akhir ini di media sosial seperti Tiktok dan X sedang ramai memperbincangkan mengenai film 'laris' Malaysia yang gagal total ketika masuk ke pasaran Indonesia. Perbincangan tersebut bermula ketika film berjudul Sheriff: Narko Integriti yang telah memeroleh pendapatan sebesar 60 juta ringgit di Malaysia memperluas pasar filmnya dengan tayang di beberapa negara, salah satunya Indonesia.
Dengan perolehan yang cukup gemilang di negara sendiri tentunya membuat film Sheriff memiliki harapan yang tinggi untuk mendulang kesuksesan di Indonesia. Namun, pada kenyataannya film tersebut justru kurang mendapat sambutan dari masyarakat dan resmi menarik seluruh tayangan di 100 bioskop setelah hanya bertahan selama kurang lebih satu minggu.
Kegagalan film Sheriff di Indonesia sontak membuat banyak netizen Malaysia kesal dan kemudian kerap membandingkan film-film Indonesia yang begitu mudahnya masuk dan diterima di pasar negara mereka sedangkan yang terjadi pada film Malaysia justru sebaliknya. Bahkan seorang konten kreator tiktok dengan nama @thaqibshaker menyebut bahwa kegagalan film-film Malaysia masuk Indonesia adalah karena rasa nasionalisme rakyat Indonesia yang tinggi sehingga tidak mau menonton film-film Malaysia.
Melihat perdebatan yang ramai di media sosial tersebut Syafiq Yusof selaku sutradara dari film Sheriff turut memberikan tanggapannya, dalam akun sosial media pribadinya ia mengatakan bahwa gagalnya film Sheriff di Indonesia tidak ada hubungannya dengan sentimen anti film Malaysia, Syafiq Yusof juga mengatakan bahwa dirinya akan belajar untuk memperbaiki kualitas filmnya di masa mendatang.
"Sentimen yang mengatakan film Sheriff tidak laku di Indonesia karena mereka (orang Indonesia) tidak mendukung film Malaysia adalah 100 persen tidak benar! Kegagalan film Sheriff di Indonesia adalah kegagalan saya sendiri, tidak harus menyalahkan siapapun" ujar Syafiq Yusof dalam akun X pribadinya.
Dalam beberapa tahun terakhir ini industri hiburan  Malaysia memang selalu kesulitan dalam menembus pasar Indonesia, baik itu film maupun musik. Sebelum Sherif, ada film Mat Kilau yang menjadi film terlaris Malaysia juga gagal mendapat sambutan penonton saat tayang di Indonesia. Meski begitu, ada beberapa film yang sempat mendapat sambutan positif seperti Munafik dan La Luna.
Lalu mengapa film laris Malaysia selalu gagal dalam menembus pasar Indonesia?
Â
Waktu Rilis yang Tidak Tepat
Perilisan film Sheriff di Indonesia pada 23 Mei 2024 lalu bisa dibilang dirilis pada waktu yang tidak tepat, karena pada saat itu terdapat beberapa film yang sedang viral tayang. Film-film tersebut diantaranya adalah Vina dan film Thailand berjudul How to Make Millions Before Grandma Dies yang ramai mendapat perhatian penonton di Indonesia, ditambah lagi dengan tayangnya beberapa film lain yang semakin menyulitkan film Malaysia untuk menembus pasar Indonesia.
Â
Promosi yang Kurang
Karena industri perfilman Malaysia yang masih sedikit peminatnya di Indonesia, diperlukan promosi agar bisa menarik minat para penonton. Apalagi penduduk Indonesia yang banyak dan negaranya berbentuk kepulauan, maka promosi film juga harus dilakukan secara besar-besaran.
Hal tersebut yang mungkin menjadi alasan kenapa film Sheriff gagal di Indonesia. Meski sempat mengadakan gala premier di Jakarta, promosi filmnya masih dinilai sangat kurang untuk menarik peminat di Indonesia. Karena promosi yang kurang itulah membuat banyak yang tidak tahu akan adanya film tersebut, beberapa diantaranya bahkan mengaku baru mengetahui bahwa film Sheriff sempat tayang di Indonesia setelah ramai menjadi perbincangan di media sosial.
Â
Selera yang Berbeda
Alasan selanjutnya adalah karena selera penonton Indonesia yang berbeda. Dalam beberapa tahun terakhir, film-film bergenre horor selalu mendominasi dan menjadi yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Sempat muncul beberapa film yang membawa genre baru namun kurang pada akhirnya kurang mendapat sambutan dari penonton, sebagai contoh yaitu film superhero Sri Asih yang hanya memeroleh sebanyak 200.000 penonton, angka yang cukup kecil mengingat biaya produksinya yang besar.
Â
Industri Perfilman Indonesia yang Semakin Berkembang
Alasan terakhir mengapa film Malaysia selalu gagal masuk pasar Indonesia adalah karena industri perfilman Indonesia yang berkembang besar. Dilansir dari akun X @bicaraboxoffice terhitung hingga bulan Mei penonton film Indonesia pada 2024 mencapai 36,5 juta dan diperkirakan akan terus bertambah. Angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
Hal itulah yang menjadi bukti mengapa para penonton Indonesia lebih memilih untuk menonton film lokal dibanding film dari negara lain termasuk Malaysia. Ditambah lagi dengan munculnya berbagai platform streaming yang berisi berbagai film, series dan dokumenter yang membuat industri perfilman Indonesia semakin berkembang besar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H