Mohon tunggu...
Zakiah Umairoh Machfir
Zakiah Umairoh Machfir Mohon Tunggu... Jurnalis - Seorang Mahasiswa Jurnalistik di UIN Jakarta.

Let's be friend on Instagram or Linkedin :)

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Jurnalisme vs Chat GPT: Siapakah Sang Pemenang Idealis?

1 Januari 2024   17:33 Diperbarui: 1 Januari 2024   19:23 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jurnalisme dan Idealisme

"Bukan jurnalis namanya, kalau tidak idealis," ucap Raka Ibrahim, seorang Jurnalis Independen, dalam Jurnal Pos Media (3/5/2021). Jurnalis adalah sosok yang pertama kali menyebarkan dan menginformasikan berita. Berbagai pesan telah disampaikan, mulai dari berita kemerdekaan, kegagalan, hingga kekuasaan. 

Tahun ke tahun, jurnalis semakin identik dengan istilah fakta dan opini. Berkembangnya zaman saat ini, turut memperluas kedua definisi tersebut sehingga membuat sebagian besar orang bisa bergaya seperti jurnalis, seperti menulis fakta dan opini. Namun, seperti yang dikatakan oleh Raka Ibrahim, jurnalis itu harus idealis, dan ternyata tidak semua orang mampu melakukannya. 

Setiap jurnalis harus memahami istilah idealis dan idealisme sebagai pegangan dasar dalam mewujudkan cita-cita yang diperjuangkan. Dengan prinsip idealis, seseorang dapat membentuk dan membangun sifat dasar yang baik, dan idealisme dapat memperkuat dan memperjuangkan sifat tersebut.

Menurut Henry Ford, idealis adalah sebuah pengaruh positif dari seorang idealis yang ingin membantu orang lain untuk menjadi makmur. Menurut Forsyth (1992), idealisme adalah suatu pandangan yang dimiliki seseorang untuk berpendirian teguh pada nilai kebenaran, sehingga mampu menciptakan sikap dan perilaku positif agar terhindar dari konsekuensi negatif. Dalam jurnalisme, idealis berperan penting untuk pelaksanaan tugas, khususnya dalam menyebarkan berita agar sesuai dengan nilai demokrasi dan hak kemanusiaan.

Jurnalisme dan Chat GPT

Jurnalis adalah seorang pahlawan, selalu menjadi yang terdepan untuk menyebarkan. Kejadian atau peristiwa penting adalah santapan bagi para jurnalis. Liputan tiada henti adalah proses untuk menemukan fakta yang mutakhir. Menulis dan terus merevisi adalah pencapaian akhir untuk menghasilkan narasi terbaik.

Lantas, bagaimana dengan kenyataan yang terjadi saat ini? Setiap orang bisa menulis berita dengan sangat mudah, akibatnya terdapat banyak berita yang muncul dengan bebas tanpa mengedepankan kode etik jurnalistik. Seseorang bisa melakukannya selama kurang dari beberapa menit, bukan karena mahir dalam menulis atau mencari ide, melainkan karena bantuan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (ai). Semakin canggihnya teknologi, kini terdapat kecerdasan buatan bernama Chat GPT, chat-bot yang mampu menjawab segala macam pertanyaan dari pengguna hanya dalam hitungan menit. 

Kehadiran Chat GPT tentu menjadi sebuah perubahan karena dampaknya dapat dirasakan oleh semua kalangan. Namun, kehadiran Chat GPT juga dianggap sebagai ancaman bagi beberapa kalangan, salah satunya adalah para jurnalis. Keahliannya semakin meresahkan karena chat-bot tersebut sanggup melakukan pekerjaan jurnalis, seperti membuat esai, artikel, atau bahkan script hanya dalam waktu beberapa detik.

Apakah Jurnalis Akan Hilang Tergusur Zaman?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun