Mohon tunggu...
zakiaaqilah
zakiaaqilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Substansi Keimanan Dalam Al-Quran

10 Desember 2024   17:50 Diperbarui: 10 Desember 2024   18:50 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh : Dosen dan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Syamsul Yakin dan Zakia Aqilah Solihah

Keimanan merupakan elemen utama dalam agama Islam yang dijelaskan secara mendalam di dalam Al-Qur’an. Iman adalah pondasi yang harus dimiliki setiap muslim sebagaisyarat utama dalam menjalani kehidupan beragama. Dalam perspektif pendidikan Islam, iman membutuhkan pembinaan berkelanjutan yang didasarkan pada Al-Qur’an dan hadis.  Syaikh Nawawi Banten, seorang ulama besar dari Nusantara, memberikan pandangan khusus terkait keimanan. Lalu apa hakikat keimanan menurut pandangan Syaikh Nawawi Banten,   bagaimana spektrum makna iman dalam Al-Qur’an, dan apa saja syarat-syarat penerimaan keimanan menurut Syaikh Nawawi Banten?  

Secara etimologi, kata iman berarti tasdiq atau pembenaran. Menurut Syaikh Nawawi dalam Bahzatul Wasail, secara terminologi iman diartikan sebagai pembenaran terhadap semua ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Allah SWT. Hal ini mencakup enam rukuniman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta qada dan qadar, baik maupun buruk, dari Allah SWT.  Pengingkaran terhadap salah satu rukun iman ini berimplikasi pada kekufuran, sebagaimana disebutkan dalam berbagai kitab tafsir klasik dan modern. Iman, dalam perspektif Syaikh Nawawi, harus dipahami secara mendalam agar tidak menjadi sekadar formalitas.   Syaikh Nawawi menegaskan bahwa inti keimanan adalah pembenaran hati (tasdiq. Dalam Syarah Qathrul Ghaits, ia menyebutkan bahwa iman tidak sah apabila seseorang masih meragukan rukun iman. Keraguan dianggap dapat membawa seseorang pada kemurtadan.  Syaikh Nawawi juga menjelaskan dua kondisi di mana keimanan tidak diakui:  1.Ketika seseorang mengucapkan iman saat masih kecil tanpa pemahaman yang cukup. 2. Ketika keimanan diucapkan pada saat sakaratul maut.Hal ini karena keimanan sejati harus disertai dengan amal perbuatan yang dilaksanakan selama hidup, bukan hanya diucapkan ketika ajal mendekat.

Al-Qur’an menggambarkan iman sebagai inti dari moralitas dan kepribadian seorang muslim. Menurut Tashihiko Izutsu, iman adalah pusat dari sikap moral yang positif dan menjadi sumber kritik Islam terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan wahyu Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, orang beriman digambarkan sebagai manusia yang sempurna atau Insan Kamil.  Keimanan juga membawa konsekuensi:  - Bagi orang beriman, keimanan menjadi jalan menuju rahmat Allah SWT dan kebahagiaan akhirat.  - Bagi orang yang ingkar, Al-Qur’an memperingatkan akanadanya siksa dan kehilangan keberkahan hidup.  Dengan demikian, iman dalam Al-Qur’an bukan sekadar keyakinan batin, tetapi harus diwujudkan dalam amal perbuatan yang sesuai dengan tuntunan agama.  

Syarat-Syarat Penerimaan Keimanan menurut Syaikh Nawawi, agar keimanan diterima, beberapa syarat harusterpenuhi:  1. Iman harus didasarkan pada pemahaman yang benar. Iman tanpa pengetahuan dianggap tidak sah.  2. Tidak ada keraguan dalam hati. Keraguan dapat merusak keimanan dan membawa seseorang pada kekufuran.  3. Harus ada pengamalan ajaran agama dalam kehidupan. Iman yang hanya diucapkan tanpa tindakan tidak bernilai.  4. Iman tidak diterima jika diucapkan dalam kondisi sakaratul maut. Hal ini karena iman sejati harus muncul selama seseorang masih memiliki kesempatan beramal.  

Keimanan dalam Islam, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Nawawi Banten, adalah keyakinan penuh terhadap enam rukun iman yang dilandasi tasdiq tanpa keraguan. Al-Qur’an menempatkan iman sebagai inti dari moralitas dan amal ketaatan yang mencerminkan insan kamil. Iman sejati adalah yang dinyatakan dalam keyakinan hati, ucapan lisan, dan tindakan nyata selama kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun