Ada juga yang beranggapan bahwa anak difabel sebagai keturunan, jadi jika di keluarganya terdapat difabel nantinya akan mempunyai keturunan difabel pula.Â
Gen salah satu faktor yang bisa mempengaruhi, tetapi kebanyakan difabel terjadi karena beberapa faktor lainnya, misalnya kesehatan ibu selama masa kehamilan, persalinan yang bermasalah dan faktor kecelakaan.Â
Sebagai contoh jika seorang ibu yang mengalami malnutrisi selama proses kehamilan akan sangat rentan melahirkan bayi dengan berbagai gangguan sebab kekurangan gizi seimbang.Â
Proses kelahiran yang mengalami berbagai hambatan misalnya lahir sebelum waktunya dapat menyebabkan gangguan pada anak seperti gangguan pada indera pendengaran, akibat belum sempurna saat dilahirkan, low vision dan lain sebagainnya. Stereotip lain yang tidak rasional bahwa masyarakat di pedesaan masih mempercayai mitos, yang menganggap bahwa anak difabel terlahir cacat karena persembahan untuk pesugihan.
Dikutip dari Kobi Education, bahwa penyandang difabel yang divonis meninggal berakhir menjadi ilmuwan dunia, ia adalah Stephen Hawking, sempat divonis hanya bisa hidup sampai umur 23 tahun. Di usia ke-21 Hawking didiagnosa mengidap ALS (Amyotropic Lateral Sclerosis) dan hanya bisa bertahan hidup selama dua tahun. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas kursi roda karena lumpuh akibat penyakit. Dengan segala keterbatasannya Hawking tetap memberikan banyak manfaat.Â
Selain seorang penulis buku "A Brief History of Time" Hawking juga penemu berbagai teori tentang alam semesta (A Big Bang Theory). Keterbatasan fisik bukanlah penghalang, Hawking berhasil menguji teori gravitasi Newton di tahun 2007 saat berusia 65 tahun, ia terbang menggunakan penerbangan tanpa beban di Amerika Serikat dengan kursi rodanya.
Berdasarkan hasil penelitian, keterbatasan difabel justru jadi kelebihan yang tidak dimiliki orang normal. Ada banyak potensi yang dimiliki anak difabel yang ada di Indonesia seperti Habibie Afsyah yang mengalami gangguan motorik, seorang pemasar handal yang memanfaatkan internet. Dari keberhasilan pemasarannya ia berhasil belajar sampai ke Singapura. Selanjutnya M. Ade Irawan, ia adalah seorang tunanetra dengan keterbatasan fisiknya ia mampu mengembangkan bakatnya dengan bermain musik jazz.Â
Pada usia 12 tahun ia telah tampil di acara beken bertajuk Chicago Winter Jazz Festival. Kemudian Angkie Yudistia, ia seorang difabel dengan menyandang status tuna rungu.Â
Masa kecil Angkie penuh dengan cobaan karena ia sering menerima makian dan cacian. Namun keadaan tak menyurutkan semangatnya. Ia membuktikan dirinya lewat berbagai prestasi. Seperti menjadi pembicara dan delegasi Indonesia di forum internasional terkait hak-hak kaum difabel. Angkie bahkan mendirikan dan memimpin perusahaan "Thisable Enterprise". Perusahaan ini juga berfokus pada misi sosial, yaitu membantu orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa anak difabel adalah anugerah dari Tuhan. Jika merawat anak yang tidak difabel membutuhkan pengasuhan ekstra dari orang tua apalagi bagi orang tua yang memiliki anak difabel. Dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa dengan kehadiran si Kecil membuat beberapa orang tua khawatir karena memikirkan masa depannya. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengurus anak difabel yaitu perlunya ilmu pengetahuan, pola asuh yang continue antara orang tua dan anak, motivasi serta semangat dari keluarga serta lingkungan sosial.
Dari data yang telah dipaparkan di atas, bahwa masih banyak anak difabel yang terisolasi dan terabaikan hak pendidikan, kesehatan dan karirnya. Sehingga penulis memberikan rekomendasi kepada Pemerintah agar lebih meningkatkan perhatian dan dukungan yang lebih baik kepada penyandang difabel. Sebagaimana yang tertulis dalam Undang-undang nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, tujuannya yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh warga negara, termasuk anak penyandang disabilitas yang mempunyai hak hidup dengan nyaman dan terpenuhi kebutuhannya.Â