Ada sebuah kisah oleh Imam Al Ghozali dalam kitabnya,Mukasyafat al Qulub bahwa suatu kali dialog Nabi Musa dengan Allah ,Nabi Musa bertanya,"Wahai Tuhanku, aku sudah melaksanakan ibadah yang engkau perintahkan.Manakah diantara ibadahku yang engkau senangi,apakah sholatku?"
Allah menjawab ,"Sholatmu itu hanya untuk dirimu sendiri.Karena sholat membuat engkau terpelihara dari perbuatan keji dan mungkar
Lalu Nabi Musa kembali bertanya,"Apakah dzikirku?'
Allah menjawab,"Zikirmu itu untuk dirimu sendiri.Karena dzikir membuat hatimu menjadi tenang."
Lanjut nabi Musa "Apakah puasaku?" Allah menjawab, "Puasamu hanya untukmu saja. Karna puasa melatih diri mengekang hawa nafsumu."
"Lalu,ibadah apa yang membuat Engkau senang?" tanya Nabi Musa. Allah menjawab, "Memasukan rasa bahagia kedalam diri orang yang hancur hatinya."
Dalam kitab Al 'Athiyyatul Haniyyah dijelaskan "Barang siapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah Ta'ala menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan memintakan ampunan baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain".
Bahkan dalam kitab Qami'uth Thughyan diceritakan, Ada orang yang berlumur dosa, namun kemudian Allah melebur dosa-dosanya. Baginda Nabi bertanya kepada malaikat Jibril "sebab apa gerangan Allah mengampuni dosa-dosa orang itu?" malaikat Jibril menjawab Karena ia memiliki anak kecil, ketika pulang dari bepergian, saat ia masuk ke rumahnya, ia disambut putranya yang masih kecil, ia memberikan buah tangan yang membuat sang buah hati bahagia.
Kebahagiaan anak inilah yang mengakibatkan ia memperoleh "Kaffarotudz dzunub", dosa yang diampuni.
Menjaga hubungan persaudaraan adalah kewajiban setiap manusia tanpa terkecuali. Memercikkan api perselisihan sama halnya dengan mengundang adanya permusuhan, peperangan, dan perpecahan. Islam adalah agama perdamaian dan penebar kasih sayang untuk alam semesta. Maka setiap muslim harus memancarkan cahaya kebaikan dan membumikan nilai-nilai Islam dengan perangai yang baik serta sikap yang bijak dan santun. Itulah sebabnya, syariat dan akhlak Islam ditegakkan untuk seluruh masyarakat sebagai pelajaran dan petunjuk.
Perintah untuk memelihara kerukunan tidak cukup hanya dengan teori, dakwah, atau diskusi. Kerukunan akan menjadi mantap jika kita memulai dari diri kita sendiri dengan mencerminkan akhlak yang baik kepada orang lain. Sebab, akhlak yang baik bisa jadi kita akan menginspirasi kepada orang lain. Kita sejatinya adalah cermin. Orang sering kali tidak akan melihat apa yang kita bicarakan tetapi apa yang kita kerjakan. Dengan begitu, maka berakhlaklah yang baik sebagai upaya menjaga persaudaraan kita.