Perintah Allah ini kalau dilihat dari sudut pandang kesiapan fisik untuk melakukan goyangan kuat pada pangkal pohon kurma agar buah-buah kurma berjatuhan maka sangat tidak memungkinkan. Pertama, sekuat apapun manusia secara umum goyangannya pada batang kurma tidak akan mampu menggerakkannya apalagi membuat buahnya berjatuhan.
Sementara Sayidah Maryam adalah seorang wanita yang baru melahirkan dalam keadaan lemah. Kedua, seharusnya untuk menjatuhkan buah kurma yang berada di pokok atau bagian atas pohon yang digoyangkan adalah bagian atas, akan tetapi Allah memerintahkan beliau untuk menggoyangkan bagian bawah pohon kurma tersebut. Walau tidak masuk akal, akan tetapi ini justru cara Allah menunjukkan kasih sayang-Nya kepada Sayidah Maryam, Allah tidak ingin menyusahkan dan melelahkan beliau.
Lihatlah apa yang dilakukan Sayidah Maryam, apakah beliau menggunakan logikanya dan mengandalkannya sehingga menolak perintah tersebut? Mustahil beliau melakukan itu, Sayidah Maryam mengesampingkan semua kata logika dan MENGANDALKAN KEMAHAKUASAAN ALLAH TUHAN-NYA! Dan hasilnya buah kurma ruthab yang bersifat lentur dan mudah hancur jika jatuh dari ketinggian, justru berjatuhan dengan lembut dan tetap segar dan utuh seperti baru saja dipetik langsung dengan jari-jari yang lembut.
Kisah di atas mencontohkan dengan jelas agar sekali-kali manusia tidak bersandar pada logika, walau ia harus memperhitungkan dan merencanakan dengan masak apa yang akan ia lakukan. Perhitungkan dengan baik akan tetapi ANDALKAN TUHANMU DALAM SETIAP LANGKAHMU, BUKAN DIRIMU.
Sumber : Buku SOLUSI (Habib Novel Alaydrus)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H