Mohon tunggu...
Agnan Zakariya
Agnan Zakariya Mohon Tunggu... profesional -

Work involves play, elevating the everyday to a special status, and a hearty enthusiasm for nonsense and alogical thinking.\r\n\r\nThe last song at www.zakariyasoewardi.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ini realita tentang Internet Untuk Rakyat, bukan sekedar Iklan saja.

22 Oktober 2011   12:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:38 2658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bertahun-tahun kita di butakan tidak bisa melihat dunia sepenuhnya hanya segelintir orang yang mampu mereka semakin maju kita semakin mundur waktunya telah tiba semua akan menjadi mudah kita semua akan merdeka sekali lagi

internet untuk rakyat

Adakah beberapa hari ini yang menyaksikan iklan teaser di atas...? ternyata itu cuma iklan axis, seseorang di forum telah menulis : something big is coming from axis : internet untuk rakyat. yealah ini social marketing biar orang-orang penasaran dengan hal yang "mereka" akan pasarkan. namun terlepas itu iklan atau bukan, saya jadi tergugah walau bagaimana caranya itu juga membingungkan. sangat benar sekali apa yang di tayangkan di iklan tersebut, ternyata walau kita hidup di dunia digital era dimana setiap kecanggihan ada di tangan anda mulai dari smartphone, tablet dan laptop yang bisa anda koneksikan dengan internet nyatanya hanya kalangan orang tertentu saja yang dapat menikmatinya.

Jika dapat digambarkan, pergerakan pengguna internet di indonesia sangat eksponensial. Inilah yang bisa dilihat dari data pengguna Internet Indonesia 2006-2010 versi IDC, PT Telkom, dan Nokia Siemens Network.

data riset dari Nielsen Indonesia : Indonesia The Most Reliant On Mobile Internet Access Across Southeast Asia menjelaskan bahwa, Hampir setengah dari semua pengguna internet Indonesia mengakses internet melalui ponsel mereka dan ini akan meningkat, jumlah yang lebih signifikan akan terus bertambah seiring penggunaan perangkat ini untuk akses online dalam 12 bulan ke depan, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Nielsen.

Laporan, sebuah rilis pra-data dari perdana Nielsen Konsumen Asia Tenggara * Laporan digital yang di publish pada tanggal 30 September lalu, menemukan bahwa 48 persen pengguna internet biasa di Indonesia menggunakan ponsel untuk mengakses Internet, sehingga menjadikan Indonesia sebagai pasar yang paling bergantung di kawasan SEA (South East Asia, Asia Tenggara) pada akses internet (lihat grafik 1). Tren ini akan terus berlanjut, dengan 53 persen dari pengguna internet Indonesia menunjukkan bahwa mereka akan mengakses internet melalui ponsel mereka dan 30 persen melalui perangkat genggam yang sudah support berinternet dalam 12 bulan ke depan. "Perangkat Mobile Internet yang dapat digenggam seperti ponsel atau tablet menawarkan akses mudah ke Internet untuk banyak orang Indonesia tanpa harus bergantung pada ketersediaan layanan broadband kecepatan tinggi di rumah mereka," menurut Irawati Pratignyo, Managing Director Nielsen Media divisi di Indonesia . "Tentu kita melihat semua titik indikator menuju pertumbuhan yang signifikan dalam akses internet melalui perangkat mobile dan handheld selama 12 bulan berikutnya dan seterusnya." Meskipun penggunaan mobile Internet di Indonesia cukup tinggi, namun secara keseluruhan, Indonesia memiliki tingkat terendah pada penetrasi internet di Asia Tenggara (SEA) dan konsumen Indonesia akan online kurang dibanding negara tetangga sebagai sesama konsumen SEA lainnya. Hanya satu dari lima warga Indonesia berusia 15 + (21%) menggunakan internet, 17 persen lebih rendah daripada rata-rata regional SEA 38 persen dan 46 poin lebih rendah daripada Singapura (67%), yang memiliki tingkat penetrasi internet tertinggi (lihat grafik 2). Penetrasi internet di Indonesia adalah terendah di antara mereka yang berusia 50 + di mana hanya satu persen dari konsumen sedang online. Bagi sebagian besar pengguna internet Indonesia (66%), kafe Internet adalah lokasi yang paling populer untuk mengakses Internet, yang berbeda dengan mayoritas pasar SEA dimana akses Internet paling umum dari rumah (67%). Sebagian besar konsumen Indonesia digital (46%) juga mengakses Internet dari tempat-tempat lain via ponsel dan perangkat portabel lainnya (lihat grafik 3). "Lokasi di mana konsumen mengakses internet sebagian besar mencerminkan akses mereka ke komputer dan koneksi Internet kecepatan tinggi di rumah" Irawati menambahkan. "Di pasar seperti Singapura, ketersediaan infrastruktur Internet dan rencana harga telah memfasilitasi penetrasi internet lebih tinggi dan penggunaan rumah. Sebagai perbandingan, konsumen Indonesia memiliki kebutuhan lebih besar untuk mencari jalan lain dari akses Internet. "

Chart 1: Mobile Internet usage

Chart 2: Southeast Asia Internet penetration

Chart 3: Most popular location for accessing the Internet

* Data and commentary contained in this press release are taken from a special pre-release of Nielsen’s inaugural Southeast Asia Digital Consumer Report. Nielsen is embarking on this region-wide study of the behaviours and attitudes of digital consumers in response to the way that online media is fast becoming a mainstream media in Southeast Asia (Indonesia, Philippines, Malaysia, Vietnam, Singapore and Thailand).  As such, advertisers, publishers and agencies need current and insightful metrics on which to base their decisions about how to best meet their market’s needs and expectations when it comes to online content delivery.

Jika jumlah pengguna pada tahun 2006 mencapai 20 juta, maka selanjutnya menjadi 25 juta (2007), 31 juta (2008), 40,4 juta (2009), serta 48,7 juta pada akhir tahun 2010 lalu. Angka ini sejalan dengan posisi pengguna Facebook dan Twitter di Indonesia yang sangat banyak. Dengan rata-rata pertumbuhan pengguna 5,7 juta orang selama lima tahun terakhir, grafik ini diperkirakan akan terus tumbuh. Maka Mencari peluang bisnis pada industri dengan grafik eksponensial, adalah tepat dilakukan. Inilah permasalahannya, jika dilihat dari report Nielsen tersebut banyak kalangan di indonesia yang justru tidak semua kalangan dapat mengakses internet secara merata, karena industri terlalu memainkan peluang bisnis yang seharusnya internet bisa di gunakan serta merta oleh kalangan alias di permudah akses biaya infrastrukturnya. Dulu alih-alih tentang issue Wi-max akan di terapkan di indonesia untuk beberapa daerah, sayang seribu sayang wi-max tak pernah di cicipi karena komersialisasi Industri yang terlalu ringan tangan akhirnya pemerintah yang di gaplok tak bisa berbuat banyak untuk rakyatnya, pasalnya mungkin industri ketakutan pangsa pasarnya turun kalau akses internet terlalu "di gratiskan". dengan wi-max jangkauan jaringan layaknya wi-fi dapat menjangkau 1 daerah kota, tentunya matilah bts-bts modem 3G. kalau sudah begitu dengan terpaksa modem dengan kecepatan 8kb saja saya harus mengeluarkan biaya 100 ribu per bulan untuk berlangganan. pokoknya bener banget  tulisan-tulisan yang di tayangin iklan tersebut . seolah-olah rakyat indonesia gap di mana-mana, dari mulai pendidikan yang dicicipi sebagian orang, dari mulai internet pun di cicipi sebagian orang pula. jika anda melihat iklan "Tukul : Iklan XL Ndessoo" pernahkah anda berpikir kenapa dia tidak berakting menanyakan "Liat Internet, Ngak tau kan!! NDessoo" nya kepada seorang mahasiswa Teknik, kalau perlu tanya anak-anak Teknik ITB, atau nanya seorang anak SD yang tinggalnya di menteng jakarta, atau masyarakat pekerja di kota-kota besar. ini malah nanya tukang bangunan, dan itu jelas-jelas menelanjangi ketidak tahuan menjadi sebuah Opera bodoh. itu fenomena, bagi sebagian orang mungkin hal-hal tersebut dianggap lucu namun bagi saya semua terasa begitu keruh jika hal-hal yang seharusnya di bangun untuk mencerdaskan, malah di olok-olok atau malah di buat komersialisasi terus menerus mempermainkannya menjadi sebuah bisnis industri. banyak kalangan yang memulai sudah pergerakan-pergerakan dalam mencerdaskan anak bangsa dan masyarakat Indonesia pada umumnya, sebut saja Onno W. Purbo memulai dari konsep RT/RW Net nya telah banyak menginspirasi dan menumbuhkan Harapan bagi sebagian orang yang mengimplementasikan konsepnya bahwa "Internet dapat di cicipi oleh siapa saja dengan biaya yang sangat murah dan terjangkau", dan sampai sekarang beliau masih aktif sebagai pembicara, aktivis di bidang teknologi open source dan sebagai seorang yang visioner terhadap kemajuan teknologi internet indonesia kedepan. seharusnya biar tukul gak ngucap Ndessoo!!! lagi, distribusi Internet berbiaya murah tapi jangan yang murahan harus mulai di endemikan di desa bukan di kota saja, kasih bandwidth minimal 3 Mbps biar masyarakat Indonesia di desa banyak belajar dengan internet, jika buku jendela dunia maka internet pengalaman menjelajah dunia. barangkali tukul akan mulai ngucap Ngkottaaa!!!. I am Proud to be an Indonesian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun