Esok lusa aku mungkin mengering, dengan kemarau seiring kau layu.
Tapi tak apa, aku masih memiliki tulisan ini untuk menjadi hujannya.
Setelah kata "Kau dimana?, aku tak tahu lagi jarak yang paling jauh selain itu.
Kadang sesekali aku mencoba melenyapkan diriku sendiri untuk mengajarkan kehilangan, namun aku malah mencarimu dalam ketiadaan.
Padahal kali ini seharusnya aku cemburu saja, tidak lebih dari itu. Meskipun itu tidak enak.
Karena kadang cinta tidak perlu masuk di akal, cukup masuk perasaan saja.
Hidup memang banyak likunya, hingga sulit kuperkirakan lukanya.
Memilih melihatmu bahagia bersamanya mungkin juga bagian dari semacam kasih sayang.
Bukan aku sudah tidak ingin memperjuangkan, hanya saja kesetiaan memang seharusnya ditempatkan pada orang yang tepat.
Setiap hati memang mudah terbolak balik, seperti katamu.