Pas kali lah memang warga Medan memberi julukan lampu pocong. Lampu penerangan jalan yang berwarna putih tinggi ini memang layaknya seperti pocong yang sedang berdiri. Bagian bawah dan atas tiang lampunya langsing, tapi bagian tengah seperti badan yg kek terikat, pas kek pocong yang berdiri sambil melipat kedua tangannya.
Saking uniknya lampu ini, lampu yang mengandung banyak kejanggalan ini berhasil bikin geleng-geleng Pemko Medan. Mulai dari sistem pengawasannya yang hancur lebur, pengerjaan proyek yang cepat dan terlihat asal jadi, kualitas bahan yang amburadul, dan jarak antar lampu satu dengan lampu lainnya yang sangat berdekatan mirip kayak dua sejoli yang sedang berduan. Entahlah, ku rasa masih banyak lagi kejanggalan lain yang belum terungkap. Untung aja netizen di Medan ni cerdas dan keras.
Semuanya berawal dari proyek Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Medan untuk 1.700 lampu jalan pada bulan September tahun 2022 lalu. Ada 8 paket penataan lanskap untuk 8 ruas jalan di Medan mulai dari Jalan Gatot Subroto, Jalan Sudirman, Jalan Imam Bonjol, Jalan Putri Hijau, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Suprapto, dan Jalan Diponegoro.
Total anggaran proyek lampu pocong Medan ini menelan ongkos Rp25,7 miliar. Pemenang tender berjumlah 6 perusahaan, yaitu CV. Asram, CV. Sentra Niaga Mandiri, CV. Sinar Sukses Sempurna, CV. Biro Teknik Bangunan, PT. Triva Mangun Mandiri, dan CV. Eka Difa Putera.
Akan tetapi yang membagongkan, dari 6 pemenang tender, 3 perusahaan di antaranya nggak punya kantor. Yang ada hanyal alamat rumah warga, sementara yang satunya lagi sekadar pinjam alamat. Masa nggak ada pegawai Pemko Medan yang turun ke lapangan untuk memverifikasi data profil para kontraktor? Dari sini aja udah nampak kacau.
Ditambah lagi PLN yang nggak tahu apa-apa soal pemasangan 1.700 lampu pocong Medan ini. Nggak ada koordinasi dari Pemko atau dinas terkait dengan PLN. Asal gas aja bah.
Proyek hancur lebur, uang rakyat sekalian rakyatnya ikut babak belur
Kinerja Pemko Medan terlihat amatiran
Proyek hancur lebur, uang rakyat sekalian rakyatnya ikut babak belur
Gimana nggak babak belur coba? Pemimpin di Medan ni udah hattrick korupsi mulai dari Pak Abdillah, Rahudman, hingga Dzulmi Eldin. Harusnya Pemko Medan makin bijak dan berhati-hati. Ekonomi rakyat saat ini dalam kondisi tercabik, tercekik, dan malahan hampir modar. Seharusnya Pemko bisa mendahulukan program yang lebih penting seperti ekonomi, pendidikan, atau kesehatan dan pangan warga.
Proyek lampu pocong Medan ini kan sebenarnya nggak penting-penting kali. Kenapa saya bilang begitu? Karena ruas jalan yang dijadikan proyek lampu pocong tersebut statusnya jalan utama kota, bahkan jalan nasional yang kondisi jalannya terang benderang. Kalau mau main cantik, jalan-jalan di pinggiran Kota Medan yang masih gelap dulu diterangi, bukan jalan kota yang memang udah silau dari sononya.
Saya sendiri walaupun baru beberapa kali melintasi salah satu ruas jalan tersebut. Saya saja sudah nggak sreg sejak proyek tersebut dimulai. Lampu jalannya lebih banyak mengarah ke trotoar sementara ada beberapa trotoar yang rusak dan bahkan ada jalan yang nggak ada trotoarnya sama sekali. Beberapa lampu pocong di Medan ini malah mengarah ke parit. Belum lagi kondisi lampu yang kadang mati segan hidup tak mau. Udahlah proyeknya hancur lebur, uang rakyat yang dipakai buat proyek sama rakyatnya sekalian ikut babak belur.
Mohon maaf sebelumnya, bukannya saya men-downgrade pemko sendiri, namun saya hanya ingin menyampaikan kritik sebagai rakyat jelata yang masih berstatus jomblo. Pertanyaannya, kenapa setelah lampu pocong ini viral, Pemko Medan baru bereaksi? Lah, sebelumnya ke mana aja? Masa Pemko Medan nggak mengecek gimana asal-asalannya pemasangan awal lampu pocong ini?