Biasanya para jasus diharuskan menyetorkan tiga nama agar ia dapat lolos dari kutukan jasus. Tidak ada pelatihan khusus bagi para agen rahasia. Semua dilakukan secara langsung tanpa teori. Uniknya, mereka mampu bersikap sangat professional. Bagaikan menggunting dalam lipatan, namun pelanggaran tetaplah pelanggaran, dan pelanggar akan mendapatkan balasannya.
Sesuatu yang baik pun harus dirumuskan aturan-aturan agar selalu terjaga dari kebatilan. Saya jadi ingat bahwa ada landasan filosofis yang mengatakan
الحَقُّ بِلَا نِظَامٍ يَغْلِبُهُ البَاطِلُ بِنِطَامٍ
“Kebenaran yang tidak disertai dengan aturan (disiplin) akan dikalahkan dengan kebathilan yang disertai dengan aturan”
Boleh jadi, kegiatan tajasus memang sudah di ikhtiarkan oleh para Kyai terdahulu demi terciptanya nuansa pondok yang disiplin. Mencari kesalahan namun bukan untuk mejatuhkan orang, akan tetapi untuk membangkitkan orang tersebut agar tidak mengulangi kesalahan dan berbenah menjadi lebih baik lagi.
Sebenarnya tajasus di pondok tidak hanya difokuskan di dalam kegiatan berbahasa saja. Ada tajasus yang difokuskan untuk menjaga keamanan pondok juga. Yang bertindak mengontrol adalah Qismul Amn (bagian keamanan). Sedangkan pelanggarnya diadili di mahkamah amn (mahkamah keamanan). Di lingkungan Pondok Pesantren, para jasus biasa membaur dengan santri-santri lainnya. Mereka berkomunikasi layaknya teman tanpa ada tanda-tanda yang mencurigakan. Selain jasus yang bertugas di dalam pondok secara internal, biasanya juga ada jasus yang memang ditugaskan untuk bertindak di luar pondok secara eksternal. Itu semua dilakukan untuk mencegah adanya pelanggaran yang dilakukan para santri.
Eksistensi berbahasa yang efektif tentunya ditunjang dengan adanya bi’ah lughawiyah (lingkungan berbahasa) yang bagus. Untuk dapat mewujudkannya dibutuhkan juga para pihak untuk membantu berjalannya dinamika pesantren. Dengan demikian tajasus dalam pesantren dianggap membantu untuk menegakkan disiplin berbahasa, sehingga diharapkan tujuan pembelajaran berbahasa yang dicita-citakan oleh para pendiri pondok dapat terwujud dengan baik. Wallahu A'lam Bi al-Showaab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H